REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paris, mengucapkan "au revoir", atau sampai berjumpa lagi dalam bahasa Prancis, seiring dengan berakhirnya pesta olahraga sejagat itu. Olimpiade Paris mengundang kontroversi, tapi tetap ada pujian sebagai salah satu edisi terbaik yang pernah diadakan.
Upacara penutupan yang penuh bintang dihadiri sekitar 71.500 penonton di Stade de France di utara Paris, menandai puncak dari acara yang telah diakui secara luas sebagai salah satu Olimpiade terbesar sepanjang sejarah.
Sekitar 270 artis dan penampil tampil di arena yang penuh, sementara sekitar 9.000 atlet berjalan memasuki stadion sebagai bagian dari perayaan.
Segmen pembuka dari upacara ini dimulai dengan pahlawan renang Prancis, Leon Marchand, satu-satunya atlet yang meraih empat medali emas dalam Olimpiade ini, memadamkan kuali api Olimpiade dan membawa nyala api dalam lentera menuju Stade de France.
Pahlawan rugby Prancis, Antoine Dupont, yang memimpin tim tuan rumah meraih medali emas, membawa bendera Prancis ke dalam Stade de France di tengah-tengah atlet lainnya yang sudah memenuhi lapangan.
Spektakel penutupan yang gemerlap ini menandai dimulainya hitungan mundur empat tahun menuju Olimpiade Los Angeles, dengan dipenuhi oleh penampilan para aktris dan penyanyi dunia.
Berbeda dengan upacara pembukaan yang diguyur hujan di Sungai Seine, upacara penutupan dimulai saat matahari terbenam di atas ibu kota Prancis.
Hari terakhir kompetisi Olimpiade diwarnai dengan Amerika Serikat yang merebut puncak klasemen medali dari China setelah tim bola basket putri AS berhasil mengalahkan Prancis dengan skor 67-66 untuk meraih emas terakhir dalam Olimpiade ini.
Kemenangan tersebut, yang merupakan gelar bola basket wanita Olimpiade kedelapan berturut-turut yang dimenangi oleh AS, memastikan Amerika Serikat berada di puncak klasemen perolehan medali dengan total 126 medali, mengungguli China yang meraih 91 medali dengan keduanya sama-sama mengantongi 40 emas.