Sabtu 10 Aug 2024 16:56 WIB

250 Orang Sedang Shalat Subuh di Masjid Al-Tabi'in Ketika Dibom Israel

Israel menjatuhkan tiga bom, masing-masing seberat 900 kilogram di Masjid al-Tabiin.

Alquran yang terkena darah syuhada akibat pemboman Israel di masjid di kompleks sekolah At-Tabiin di Kota Gaza, Sabtu (10/8/2024).
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Detail kebiadaban pengeboman Israel terhadap masjid di kompleks sekolah Al-Tabi’in di Kota Gaza terungkap. Sedikitnya 250 orang sedang berada di ruang shalat untuk menunaikan shalat subuh saat tiga bom Israel menghujani bangunan tersebut.

Kantor berita WAFA melansir, dalam serangan pagi hari yang brutal itu, lebih dari 100 warga sipil tewas dan puluhan lainnya terluka menyusul serangan udara Israel di Sekolah Al-Tabi'in di lingkungan Daraj di Kota Gaza. Sekolah yang menampung keluarga pengungsi itu dihantam bom dari pesawat tempur Israel. 

Baca Juga

Sumber lokal melaporkan bahwa serangan udara terjadi pada dini hari, menargetkan sekolah ketika penghuninya sedang berkumpul untuk shalat subuh. Ada sekitar 250 orang di dalam ruang shalat yang dibombardir Israel tersebut. 

Juru bicara pertahanan sipil Gaza memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai dampak berdarah setelah serangan Israel terhadap sekolah al-Tabi’in. “Area sekolah dipenuhi jenazah dan bagian-bagian tubuh,” kata juru bicara Mahmoud Basal kepada Aljazirah

“Sangat sulit bagi paramedis untuk mengidentifikasi seluruh jenazah. Ada lengan di sini, ada kaki di sana. Tubuh terkoyak-koyak. “Tim medis tidak berdaya menghadapi kejadian mengerikan ini,” tambahnya.

Ismail al-Thawabta, kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, mengatakan bahwa tentara Israel menggunakan tiga bom berbobot masing-masing 907 kilogram dalam serangannya terhadap sekolah al-Tabi'in tersebut. Sementara jumlah korban diperkirakan akan meningkat karena Rumah Sakit al-Ahli masih berjuang untuk mengatasi cedera parah akibat serangan tersebut. 

Al-Thawabta menambahkan, Israel mengetahui kehadiran pengungsi di dalam sekolah. Aljazirah melansir, laporan para saksi mata menunjukkan bahwa banyak syuhada dan terluka adalah warga sipil, termasuk perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.

“Kami juga meminta IDF bersama dengan pemerintah AS bertanggung jawab penuh atas pembantaian ini. Pemerintahan AS tidak hanya terus menyoroti genosida Israel dan perang pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina, namun juga memberikan persenjataan kepada Israel,” ujar Al-Thawabta.

“Lebih dari 100.000 bom dan rudal diberikan AS kepada Israel sejak awal perang ini. Kami menyerukan kepada masyarakat dunia, yaitu Dewan Keamanan PBB untuk menekan Israel agar mengakhiri pertumpahan darah yang terus menerus terjadi di antara rakyat kami, yaitu perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah. “Bahkan masjid, rumah sakit, jurnalis pun tidak luput. IDF terus melakukan pembantaian setiap hari sementara seluruh dunia menyaksikannya dengan diam.”

Selain orang-orang yang syahid di dalam masjid sekolah selama serangan itu, yang lainnya, termasuk perempuan dan anak-anak, juga terbunuh di dalam ruang kelas terdekat, terkena pecahan peluru yang beterbangan dari bom. 

Aljazirah melansir, banyak korban yang dibawa ke rumah sakit mengalami pendarahan parah akibat pecahan peluru atau luka bakar parah akibat kebakaran yang terjadi akibat pemboman tersebut. Staf di rumah sakit hanya mempunyai sedikit sumber daya sehingga mereka terpaksa menggunakan bahan daur ulang untuk merawat korban luka – bahan yang dalam konteks lain akan dibuang begitu saja. Banyak jenazah yang dibawa masuk sulit dikenali, sehingga kerabat di rumah sakit yang mencari orang yang mereka cintai kesulitan menemukan cara untuk mengidentifikasi mereka, tambahnya.

Kecaman serentak… baca halaman selanjutnya

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement