REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO – Di tengah perkembangan teknologi yang makin gila-gilaan, kecerdasan buatan alias AI lagi jadi topik panas di berbagai sektor, termasuk desain grafis. Banyak yang parno, takut kalau-kalau AI bakal ngegeser peran desainer grafis sepenuhnya. Tapi, tunggu dulu, gengs! Nggak segitunya kok. Sebenarnya, AI itu lebih jadi sahabat karib yang bisa mempermudah kerja desainer grafis daripada ngambil alih job mereka.
Pertama-tama, perlu digarisbawahi nih, AI itu alat buat ningkatin efisiensi dan produktivitas, bukan buat ngegantiin kreativitas dan sentuhan manusia. Dalam desain grafis, AI bisa bantu mengotomatisasi tugas-tugas yang repetitif dan makan waktu, kayak menyesuaikan ukuran gambar, menghilangkan background, atau bikin variasi warna. Dengan AI yang ngerjain hal-hal ini, desainer grafis bisa lebih fokus ke aspek kreatif kayak konsep, komposisi, dan elemen estetika.
Contohnya, ada nih alat desain berbasis AI kayak Adobe Sensei yang bisa bantu desainer dengan nyaranin layout yang optimal, menyesuaikan pencahayaan, atau bahkan bikin mockup secara otomatis. Hal ini bikin desainer bisa bereksperimen dengan lebih banyak ide dan variasi tanpa harus buang banyak waktu buat tugas-tugas teknis.
AI juga buka peluang baru buat desainer grafis eksplorasi batas-batas kreativitas mereka. Dengan kemampuan AI buat menganalisis data dalam jumlah besar dan mengenali pola, desainer bisa dapetin wawasan baru soal tren desain, preferensi audiens, dan efektivitas visual. Informasi ini bisa dipake buat bikin desain yang lebih relevan dan berdampak.
Selain itu, AI bisa jadi sumber inspirasi dan ide-ide baru. Misalnya, alat generatif kayak DALL-E dan DeepArt bisa bantu desainer buat bikin karya seni yang unik dengan ngegabungin berbagai elemen visual. Dengan bantuan AI, desainer bisa bikin karya yang sebelumnya mungkin susah atau bahkan nggak mungkin dilakukan secara manual.
Daripada lihat AI sebagai ancaman, desainer grafis harusnya lihat AI sebagai partner yang bisa memperkuat kemampuan mereka. Kolaborasi antara manusia dan AI bisa menghasilkan hasil yang luar biasa, di mana AI bantu nyederhanain proses dan ngasih wawasan berdasarkan data, sementara desainer ngasih sentuhan kreatif dan perspektif manusia yang unik.
Desainer yang bisa menguasai dan memanfaatkan alat-alat AI bakal punya keunggulan kompetitif di pasar kerja. Mereka nggak cuma bisa kerja lebih efisien, tapi juga bisa ngasih solusi desain yang lebih inovatif dan relevan. Kemampuan buat nge-integrasiin AI ke dalam proses desain jadi keterampilan yang sangat berharga dan dicari perusahaan.
Masa depan desain grafis adalah masa depan kolaborasi antara manusia dan mesin. AI nggak bakal ngegantiin desainer, tapi bakal jadi alat yang semakin penting dalam toolkit mereka. Pendidikan dan pelatihan dalam keterampilan digital dan penggunaan alat AI harus jadi bagian integral dari kurikulum desain grafis di institusi pendidikan.
Desainer grafis harus terbuka terhadap teknologi baru dan siap buat terus belajar dan beradaptasi. Mereka yang bisa berinovasi dan berkolaborasi dengan AI bakal nemuin bahwa kerjaan mereka jadi lebih menarik, efisien, dan berdampak.
Jadi, desainer grafis nggak perlu khawatir. AI bukan musuh, tapi sahabat yang bisa bantu bikin karya lebih keren dan inovatif. Masa depan desain grafis adalah masa depan kolaborasi yang harmonis antara kecerdasan buatan dan sentuhan manusia. Let's embrace the future!
Penulis: Mustofa, Dosen Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) kampus Purwokerto.