REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memutuskan untuk melarang sekitar 150 anak Palestina yang sakit dan terluka untuk berobat ke Uni Emirat Arab (UEA) karena agresi Israel di Jalur Gaza yang hingga kini masih terjadi, lapor media Israel pada Ahad (28/7/2024) malam.
Menurut laporan tersebut, Netanyahu memutuskan untuk melarang anak-anak bertolak ke UEA yang seharusnya berangkat pada Senin melalui Pangkalan Udara Ramon di wilayah Naqab.
Organisasi Physicians for Human Rights telah mengindikasikan bahwa Israel sebelumnya sudah menunda atau tidak menjalankan kewajiban semacam itu pada beberapa pengalaman sebelumnya.
Sementara itu, menurut sejumlah sumber, sebuah pesawat yang membawa 250 orang sakit dan terluka kemungkinan lepas landas dari Jalur Gaza ke UAE selama pekan ini.
Beberapa sumber di Gaza mengonfirmasi bahwa mereka yang membutuhkan pengobatan sedikitnya berjumlah 100 kali lipat dari jumlah tersebut.
Tercatat ada 25 ribu pasien yang perlu dipindahkan dan diharuskan berobat ke luar negeri. Hal itu menunjukkan bahwa jumlah orang sakit dan terluka yang telah meninggalkan Jalur Gaza sejak awal agresi hanya mencapai 5.000 orang.
Physicians for Human Rights dan organisasi hak asasi manusia lainnya telah mengajukan petisi ke Mahkamah Agung Israel pada Juni lalu.
Mereka menuntut agar pasien dan korban luka yang kondisinya mengancam jiwa diizinkan meninggalkan Jalur Gaza untuk menerima pengobatan yang dibutuhkan.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan jumlah korban syahid dan luka akibat agresi Israel yang sedang berlangsung selama 295 hari di Jalur Gaza. Sejak 7 Oktober 2023 lalu, sudah 39.258 orang yang syahid di Jalur Gaza.
"Jumlah korban meninggal akibat agresi Israel telah meningkat menjadi 39.258 orang syahid dan 90.589 orang cedera sejak 7 Oktober," dikutip dari laporan Kementerian Kesehatam di Gaza yang dikirimkan kepada Republika.co.id, Sabtu (27/7/2024).
Kementerian Kesehatan pun..