REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Ahad (28/7/2024) secara resmi mendukung Masoud Pezeshkian sebagai presiden baru negara itu, beberapa pekan setelah kemenangannya dalam pemilihan presiden. Dalam sebuah upacara di Teheran, yang dihadiri oleh para pemimpin politik dan militer tingkat tinggi serta diplomat asing, pemimpin tertinggi tersebut menyerahkan dekret yang ditandatangani kepada Pezeshkian.
Dekret tersebut dibacakan oleh kepala kantor Khamenei, yang menyatakan bahwa pemilu berakhir dengan "ketenangan meski dalam kondisi sulit," dan presiden baru "siap memikul tanggung jawab besar."
Anggota parlemen reformis berusia 69 tahun sekaligus ahli bedah jantung itu mengalahkan pesaingnya yang konservatif yang juga mantan kepala badan keamanan Saeed Jalili dengan lebih dari 3 juta suara di putaran kedua pemilihan presiden pada 5 Juli 2024. Dia akan menggantikan Ebrahim Raisi, yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 19 Mei di Iran barat laut, bersama dengan tujuh orang lainnya.
Menurut Pasal 110 Konstitusi Iran, presiden terpilih menjabat setelah mendapat dukungan resmi dari pemimpin tertinggi, diikuti dengan upacara pelantikan di parlemen. Upacara pelantikan dan pengambilan sumpah Pezeshkian akan berlangsung pada Selasa (30/7/2024), dengan kehadiran perwakilan tingkat tinggi dari banyak negara.
Dalam pernyataannya setelah menerima dukungan tersebut, Pezeshkian berjanji untuk "menegakkan keadilan" dan menekankan bahwa "pengembalian martabat negara itu hanya bisa dilakukan melalui persatuan dan kepatuhan terhadap hukum."
"Kita harus bergandengan tangan untuk mengatasi masalah, kebutuhan, dan keprihatinan rakyat tercinta di negara kita," katanya.
Khamenei, dalam pidatonya, mendesak pemerintahan yang baru untuk "bekerja tanpa lelah", dan menekankan bahwa masalah ekonomi adalah isu prioritas. Dia menekankan bahwa hubungan kuat dengan negara-negara lain yang membantu Iran di bidang ekonomi harus diprioritaskan, dengan fokus pada negara-negara tetangga.
Khamenei juga memuji pemerintahan Raisi atas pekerjaannya baik secara internal dan eksternal, serta diplomasi yang dilakukan oleh mending Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian. Sementara itu, Pezeshkian menunjuk Mohammad Reza Aref, seorang politikus reformis kawakan, sebagai wakil presiden pertamanya. Dia akan menggantikan Mokhber yang menjabat di bawah Presiden Raisi.