REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Survei yang dilakukan LSI Denny JA menyebutkan elektabilitas Hasnuryadi Sulaiman mengungguli Raudatul Jannah (Acil Odah), yang sama-sama kader Golkar. Dalam simulasi head to head calon gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) elektabilitas Hasnur sebesar (35,9%), sementara Acil Odah (24.3%).
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah, mengatakan, dalam simulai head to head, Hasnur tidak saja unggul melawan kader Golkar, tapi juga di luar Golkar. Baik itu Zairullah, Ibnu Sina, Ahmad Rozanie (H. Zanie) dan lain.
“Hasnur hanya kalah saat head to head dengan Muhidin. Yaitu, Hasnur 27,3% dan Muhidin 45,3%,” kata Toto dalam siaran pers, Kamis (25/7/2024). Pada posisi Muhidin berduet dengan Hasnur, lanjutnya, maka mereka semakin menguat dan berpotensi menang.
Hasil survei LSI Denny JA ini dipaparkan pada Rabu (24/7). Survei dilakukan pada 5 - 11 Juni 2024, dengan menggunakan metodologi standar Multistage Random Sampling. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 800 responden secara proporsional dengan margin of error 3,5%.
Posisi kuat duet Muhidin-Hasnur ini, menurut Toto, juga didasari bekal elektabilitas Hasnur sebagai calon wakil gubernur cukup tinggi, yaitu 24,6%. Sementara kandidat cawagub yang lain dibawah 10%. Kecuali, Muhidin dan Zairullah yang kecil kemungkinan maju sebagai wakil gubernur.
Toto menjelaskan, elektabilitas Hasnur sebagai cagub memang berada di bawah Zairullah dan Acil Odah dalam simulasi baik 12 calon maupun 6 calon. Zairullah 15,1%, Acil Odah 15,3%, dan Hasnur 10,8%. Meskipun selisih elektabilitas kedua di atasnya masih dalam kisaran margin of error. Kecuali selisih dengan Muhidin yang sudah 27,8%.
Namun begitu, lanjut Toto, dalam posisi jumlah kandidat yang dikerucutkan semakin sedikit, khususnya head to head dua calon saja, Hasnur diuntungkan sebagai penerima berkah limpahan suara dari kandidat yang disimulasikan tidak maju. “Makin sedikit kandidat, Hasnur makin unggul, kecuali head to head dengan Muhidin,” ungkapnya.
Problem yang masih dihadapi Hasnur, menurut Toto, adalah tingkat pengenalan yang masih belum maksimal. Pengenalannya baru di angka 65,0%. Namun begitu, Hasnur punya modal tingkat kesukaan yang tinggi, yaitu 89,8%.
“Angka kesukaan Hasnur itu melebihi kesukaan Muhidin sebagai pemimpin elektabilitas. PR besar nya, bagaimana Hasnur mampu mendongkrak pengenalan sampai minimal 80% dalam tiga bulan kedepan. Karena potensi disukainya dari orang yang mengenalnya cukup tinggi,” papar Toto.
Menurut Toto, tingkat pengenalan yang belum maksimal dari Hasnur itu juga terpotret dari program dan atribut ruang publiknya. Pada bagian seberapa sering kunjungan para kandidat, Hasnur tergolong paling kecil. Sementara Acil Odah yang dianggap paling sering dengan 31,0%.
Begitu juga dengan atribut ruang publik, Acil Odah juga memimpin, yaitu 49,7%. Calon lainnya masih di bawah 20%, termasuk Muhidin, Hasnur dan Zairullah. “Ini tentu harus jadi pekerjaan ekstra para kandidat, khususnya dalam mendongkrak pengenalan sebagai salah satu hukum besi untuk menang,” kata Toto.
Meskipun, jelas Toto, dari pengalaman selama ini, pengenalan dan kesukaan tak selalu berbanding lurus. Minimal, dengan bekal pengenalan yang tinggi, potensi orang untuk memilihnya lebih besar.