REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dosen Meteorologi Institut Tekonologi Bandung (ITB) Muhammad Rais Abdillah memberikan penjelasan terkait kondisi suhu di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat yang sempat mencapai 0 derajat celcius. Ia menilai kondisi tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kondisi awan, angin dan kelembapan.
"Secara umum saya jelaskan suhu dingin di berbagai tempat di musim kemarau di pagi hari ini fenomena umum," ucap Kepala prodi Meteorologi ITB saat dihubungi, Senin (22/7/2024).
Pada 2019, Rais mencontohkan di sejumlah pegunungan di Jawa Barat muncul fenomena embun es. Di bulan Juni, Juli, Agustus hingga September, ia mengatakan rata-rata mudah terjadi kondisi dingin.
Penyebab terjadi pendinginan, Rais mengatakan panas matahari masuk ke permukaan bumi lalu pada malam hari melepas panas tersebut. Proses pendinginan terjadi hingga pukul 06.00 WIB.
"Masalahnya yang membuat efektif pendinginan, di musim kemarau sangat mudah pendinginan karena sedikit awan," kata Rais.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi hari tertentu lebih dingin dibandingkan hari lainnya karena faktor angin dan kelembapan. Apabila tidak ada angin, maka membuat cuaca tenang sehingga dini hari dingin.
"Angin sebagai pengaduk udara, udara panas di atas dan di bawah udara dingin. Ketika gak ada angin udara dingin lebih berat di bawah nempel di permukaan dingin," kata Rais.
Terakhir, ia mengatakan kondisi yang mempengaruhi terhadap cuaca lebih dingin atau tidak yaitu kelembapan. Apabila banyak uap air maka cenderung hangat dan sebaliknya apabila tidak ada akan dingin.
"Khusus Gunung Pangrango gak ada sensor tapi dilihat citra satelit memang kemungkinan cerah efektif sekali pendinginan," kata dia.
Terkait pengaruh angin dari Australia yang membuat wilayah Indonesia dingin, ia mengatakan tidak terlalu berpengaruh. Sebab Australia dan Indonesia masih berada di wilayah tropis dan melewati lautan yang cenderung hangat.