REPUBLIKA.CO.ID, FORT LAUDERDALE -- Gugatan hukum pertama telah diajukan terkait kerusuhan yang terjadi pada final Copa America 2024. Kala itu, suporter tanpa tiket memaksa masuk ke final turnamen sepak bola Amerika Selatan itu di Stadion Hard Rock, Miami Gardens, dengan satu orang mengaku mendapatkan cedera serius dan beberapa pemegang tiket mengatakan mereka ditolak masuk.
Catatan pengadilan federal dan Miami-Dade County menunjukkan bahwa hingga Jumat (19/7/2024) pagi waktu Amerika, sedikitnya empat gugatan hukum telah diajukan terhadap stadion dan CONMEBOL, organisasi yang mengatur sepak bola Amerika Selatan, atas kekacauan yang terjadi di gerbang masuk sebelum pertandingan antara Argentina dan Kolombia.
Pengacara Judd Rosen, yang mewakili seorang wanita yang terluka, mengatakan pejabat stadion dan CONMEBOL seharusnya mempekerjakan lebih banyak polisi dan petugas keamanan, tetapi mereka mengutamakan keuntungan daripada keselamatan.
"Ini adalah perampasan uang," kata Rosen. "Semua uang yang seharusnya mereka belanjakan untuk rencana keselamatan yang tepat dan tim keselamatan yang memadai, mereka masukkan ke kantong mereka sendiri."
Pejabat stadion menolak berkomentar pada Jumat dan mengatakan bahwa mereka akan mengembalikan tiket yang tidak terpakai yang dibeli langsung dari penyelenggara. Mereka sebelumnya mengatakan bahwa mereka menyewa dua kali lipat keamanan untuk pertandingan final akhir pekan lalu waktu setempat dibandingkan dengan pertandingan Miami Dolphins dan telah melampaui rekomendasi CONMEBOL. Stadion tersebut akan menjadi tuan rumah beberapa pertandingan selama Piala Dunia 2026.
CONMEBOL, yang berkantor pusat di Paraguay, juga tidak secara khusus mengomentari gugatan hukum tersebut. Saling tuding dan lepas tangan terjadi. Sebab dalam pernyataan sebelumnya, penyelenggara turnamen menyalahkan pejabat stadion atas perkelahian tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka tidak melaksanakan rekomendasinya.
Klien Rosen, Isabel Quintero, adalah salah satu dari beberapa pemegang tiket yang terluka ketika mereka terjatuh atau terbentur dinding dan pilar. Polisi menangkap 27 orang — termasuk presiden federasi sepak bola Kolombia dan putranya karena kericuhan pascapertandingan dengan seorang petugas keamanan — dan mengeluarkan 55 orang.
Rosen mengatakan kliennya, yang bekerja di bidang keuangan, telah menerbangkan ayahnya ke Miami dari Kolombia untuk menonton pertandingan sebagai hadiah Hari Ayah yang terlambat, menghabiskan 1.500 dolar AS untuk dua tiket.
Dia mengatakan Quintero, yang berusia 30-an, sedang mengantre ketika petugas keamanan menutup gerbang masuk untuk mencegah penggemar yang tidak memiliki tiket masuk. Saat kerumunan bertambah banyak dan waktu pertandingan semakin dekat, orang-orang didorong ke pagar pembatas. Petugas keamanan membuka gerbang "sedikit saja untuk membiarkan satu orang masuk pada satu waktu," kata Rosen.
Saat itulah beberapa orang di kerumunan mendorong gerbang hingga terbuka sepenuhnya. Quintero terbanting ke pilar, menyebabkan kerusakan jaringan lunak pada lutut dan bahunya serta cedera dada yang membuatnya sulit bernapas, katanya. Ayahnya terjatuh, tetapi dia tidak terluka.
"Dia tidak pernah sekalipun menonton tim nasional Kolombia secara langsung karena menurutnya hal itu terlalu berbahaya di Kolombia," kata Rosen. "Jadi dia terbang ke sini sebagai hadiah Hari Ayah untuk menonton tim nasionalnya bermain dan inilah hasilnya, sesuatu yang tidak pernah mereka duga akan terjadi di Amerika."
Dia mengatakan dia berharap untuk mengajukan beberapa gugatan lagi, setelah berbicara dengan satu orang yang giginya copot dan yang lain yang menderita patah lengan.
Pengacara Irwin Ast mengajukan gugatan di pengadilan negara bagian dan federal untuk para penggemar yang memiliki tiket tetapi tidak diizinkan masuk karena ratusan penggemar yang tidak memiliki tiket yang masuk ke dalam memenuhi stadion melebihi kapasitas.
Dia mengatakan para penggemar ini datang dari seluruh Amerika Serikat dan Amerika, menghabiskan ribuan dolar untuk tiket masuk, tiket pesawat, dan kamar hotel. Mereka juga mengalami ketakutan dan tekanan emosional ketika mereka terjebak dalam penyerbuan dan perkelahian, yang sebenarnya dapat dicegah jika stadion dan CONMEBOL memiliki rencana keamanan yang lebih baik, katanya.
"Orang-orang membawa anak-anak mereka — ini adalah transaksi sekali seumur hidup bagi banyak orang," kata Ast. "Ini situasi yang mengerikan."