Senin 08 Jul 2024 07:40 WIB

Kiper Singapura Donasi ke Muhammadiyah Welfare Home, Ada Hubungan dengan Muhammadiyah RI?

Hassan Sunny mendonasikan uang dari penggemar China ke Muhammadiyah Welfare Home

Rep: Thr/ Red: Teguh Firmansyah
Pemain timnas Indonesia Stefano Lilipaly (kanan) berhadapan dengan penjaga gawang timnas Singapura Hassan Abdullah Sunny dalam penyisihan grub B Piala AFF 2018 di Stadion Nasional Singapura, Jumat (9/11/2018).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Pemain timnas Indonesia Stefano Lilipaly (kanan) berhadapan dengan penjaga gawang timnas Singapura Hassan Abdullah Sunny dalam penyisihan grub B Piala AFF 2018 di Stadion Nasional Singapura, Jumat (9/11/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kiper Singapura Hassan Sunny menarik perhatian publik setelah mendonasikan 10 ribu dolar Singapura dari uang penggemar sepak bola Tiongkok ke Muhammadiyah Welfare Home.

Ia menyerahkan uang tersebut beberapa pekan setelah menjadi pahlawan sepak bola karena membantu menjaga harapan timnas Tiongkok di Piala Dunia tetap hidup.

Baca Juga

Hassan menjadi selebriti di Tiongkok setelah aksi heroiknya di kualifikasi Piala Dunia Singapura-Thailand, dan membantu Tiongkok melaju ke babak final kualifikasi Asia.

Penggemar asal Tiongkok yang bersyukur memadati Dapur Hassan, kedai makan keluarganya di Tampines, dan mentransfer uang ke akun Alipay di kedai tersebut, setelah netizen menyebarkan foto kode QR pembayarannya secara online.

Hassan mengatakan kepada wartawan bahwa dia membuat keputusan untuk menyumbangkan uang tersebut tidak lama setelah pertandingan kualifikasi.

“Saat itulah saya kembali ke Singapura setelah pertandingan Thailand-Singapura di Bangkok,” ujarnya dikutip dari laman Channel News Asia. 

"Saya menyadari, sebenarnya, ini bukan uang saya. Ini adalah sumbangan dan saya pikir apa yang bisa saya lakukan dengan ini adalah memberikan kembali kepada masyarakat."

Ia menyerahkan bantuan ke Muhammadiyah Welfare Home. Publik pun bertanya-tanya apakah Muhammadiyah Welfare Home punya kaitan dengan Muhammadiyah di Indonesia.

Jika dilihat dari sisi logo memang terlihat sangat mirip karena ada lambing matahari. Namun sejatinya kedua organisasi tersebut berbeda. 

Dikutip dari laman resmi, Muhammadiyah Welfare Home(MWH) didirikan pada tanggal 27 Desember 1989 sebagai panti asuhan anak-anak pelaku lejahatan, bocah-bocah yang dianiaya dan ditelantarkan (Care & Protection Order) dan mereka yang di luar kendali orang tua (BPC).

Pendiriannya bermula ketika Kementerian Pembangunan Masyarakat (MCD) saat itu menutup Panti Asuhan Katong dan tiga panti Aauhan lainnya. Ikatan Muhammadiyah (MA) merupakan organisasi Islam pertama yang maju untuk memikul tanggung jawab dan tantangan untuk mengambil alih pengelolaan Panti Asuhan Katong dari pemerintah.

MA merupakan badan induk MWH sejak lahir, dijalankan oleh Komite Manajemen (MC) yang ditunjuk oleh MA. Anak-anak gelombang pertama terdiri dari 27 orang. Mereka datang dengan masalah pengabaian dan perlindungan.

Saat ini, MWH telah menyediakan tempat tinggal dan pengasuhan serta anak laki-laki berusia antara 10 dan 19 tahun. Ditunjuk oleh Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga (MSF) dan ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Anak dan Remaja Cap 38, anak laki-laki terdiri dari mereka yang terlantar, dianiaya atau tuna wisma termasuk remaja yang melakukan pelanggaran dan di luar kendali orang tua.

Mengutip sebuah tulisan Afifur Rochman Sya’rani, mahasiswi CRCS (Studi Agama dan Lintas Budaya) Universitas Gadjah Mada pada 2017 dari penjelasan Mark Woodward, pakar dari Center for the Study of Religion and Conflict di Arizona State University, Muhammadiyah di Singapura bukanlah cabang dari Muhammadiyah di Indonesia. Ini adalah organisasi independen yang berbasis di Singapura. Secara formal, tidak ada hubungan kelembagaan di antara keduanya.

Namun Muhammadiyah di Singapura biasa disebut “Sister Organization” yang memiliki “ikatan pribadi yang kuat” dengan Muhammadiyah di Indonesia. Mereka memiliki hubungan pendidikan dengan IAIN Imam Bonjol. Delegasi Muhammadiyah Singapura juga kerap menghadiri Muktamar (konferensi) Muhammadiyah di Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement