Selasa 25 Jun 2024 19:15 WIB

BRIN Ciptakan PLTS Terapung yang Bisa Berpindah Tempat

PLTS terapung dapat dipasang di atas air, seperti danau, waduk, dan laut.

Suasana proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di atas Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Suasana proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di atas Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menciptakan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS terapung yang bisa berpindah tempat sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan dalam proyek listrik tenaga matahari di daratan. Peneliti Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi BRIN Adjat Sudrajat mengatakan PLTS terapung dapat dipasang di atas air, seperti danau, waduk, dan laut.

"Panel surya yang dipasang pada permukaan air tidak hanya dapat mengatasi keterbatasan ruang, tetapi juga meminimalisir penguapan air," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Baca Juga

Adjat menuturkan air yang ada di sekitar panel surya bertindak sebagai pendingin alami, sehingga meningkatkan efisiensi dan hasil energi secara keseluruhan.

Sistem PLTS terapung mobile yang dikembangkan BRIN tidak hanya berfungsi sebagai pembangkit listrik, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai suplai energi pompa untuk irigasi pertanian.

“Di tahun 2023, kami melakukan pembuatan desain sistem PLTS terapung untuk sistem PLTS irigasi pertanian di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,” kata Adjat.

Teknologi PLTS terapung mobile itu terinspirasi dengan mobilitas mesin diesel untuk kebutuhan irigasi pertanian di Wonogiri.

Pada 2024, ilmuwan BRIN sedang mencoba proyek percontohan PLTS terapung yang dapat berpindah tempat tersebut. Sistem itu terdiri dari integrasi sistem pengapung, sistem pompa air tenaga surya, dan sistem penggerak.

Lebih lanjut Adjat berharap penggunaan sistem PLTS terapung yang bisa berpindah tempat mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian karena pengairan tersedia sepanjang tahun sehingga musim tanam menjadi lebih panjang.

Tak hanya itu, listrik tenaga matahari juga bisa mengurangi emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas produksi setrum.

"Harapan kami pada tahun 2025 prototype tersebut sudah dapat diterapkan pada lokasi sebenarnya,” kata Adjat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement