REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH— Presiden Palestina Mahmoud Abbas memberi instruksi kepada utusan Palestina di PBB untuk meminta sidang darurat Dewan Keamanan PBB guna membahas "pembantaian" yang dilakukan pasukan Israel di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah pada Sabtu (8/6/2024)
Permintaan Abbas muncul setelah pemboman besar-besaran Israel dan serangan mendadak ke kamp pengungsi Nuseirat dan daerah lain di Jalur Gaza yang menyebabkan sedikitnya 210 orang tewas dan lebih dari 400 lainnya terluka, menurut Kantor Berita Palestina Wafa.
"Presiden Abbas terlibat dalam komunikasi yang intensif dengan pihak-pihak Arab dan Internasional terkait untuk mengadakan sidang darurat DK PBB," sebut kantor berita itu.
Abbas menekankan "pentingnya intervensi internasional untuk menghentikan bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza, dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.
Dia menunjukkan bahwa “Israel terus mengeksploitasi sikap diam internasional dan dukungan Amerika Serikat untuk melakukan kejahatan yang melanggar semua resolusi legitimasi internasional dan hukum internasional.”
Menurut para saksi, kendaraan militer Israel tanpa diduga maju ke wilayah timur dan barat laut kamp Nuseirat, bersamaan dengan pemboman artileri berat yang menargetkan sebagian besar wilayah kamp tersebut.
Sedikitnya 39 pengungsi Palestina meninggal akibat serangan udara Israel ke sebuah sekolah yang menampung ribuan pengungsi di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah.
Dalam pernyataannya pada Kamis, otoritas media pemerintah Gaza menyatakan, serangan pasukan Israel terhadap sekolah milik badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA itu turut menyebabkan puluhan warga lainnya cedera.
Otoritas tersebut menyatakan, "pembantaian" tanpa henti Israel di Jalur Gaza semakin membuktikan Israel tengah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Pejabat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa turut mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut menewaskan 39 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya.
Jumlah korban tersebut kemungkinan besar bertambah karena masih ada korban-korban lain yang belum dievakuasi ke rumah sakit.
Sementara, militer Israel mengakui bahwa pihaknya benar melancarkan serangan udara ke sekolah UNRWA di kamp pengungsi Nuseirat.
Tentara negara Zionis itu mengeklaim bahwa serangan tersebut diarahkan kepada pejuang Hamas yang "bersembunyi" di dalam sekolah itu.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serbuan Hamas pada 7 Oktober 2023, meski resolusi Dewan Keamanan PBB menuntut pihak-pihak terkait segara mewujudkan gencatan senjata.
Lebih dari 36.800 warga Palestina di Gaza, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, telah gugur, dan sedikitnya 83.500 lainnya luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Delapan bulan setelah perang dilancarkan oleh Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan akses pada makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituding di Mahkamah Internasional (ICJ) melakukan genosida.
Dalam putusan terbarunya, ICJ memerintahkan Israel untuk segera menghentikan serangan di Rafah.