REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA— Sedikitnya 39 pengungsi Palestina meninggal akibat serangan udara Israel ke sebuah sekolah yang menampung ribuan pengungsi di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah.
Dalam pernyataannya pada Kamis, otoritas media pemerintah Gaza menyatakan, serangan pasukan Israel terhadap sekolah milik badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA itu turut menyebabkan puluhan warga lainnya cedera.
Otoritas tersebut menyatakan, "pembantaian" tanpa henti Israel di Jalur Gaza semakin membuktikan Israel tengah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Pejabat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa turut mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut menewaskan 39 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya.
Jumlah korban tersebut kemungkinan besar bertambah karena masih ada korban-korban lain yang belum dievakuasi ke rumah sakit.
Sementara, militer Israel mengakui bahwa pihaknya benar melancarkan serangan udara ke sekolah UNRWA di kamp pengungsi Nuseirat.
Tentara negara Zionis itu mengeklaim bahwa serangan tersebut diarahkan kepada pejuang Hamas yang "bersembunyi" di dalam sekolah itu.
Sebelumnya, tentara Israel pada Rabu memperluas serangannya ke Rafah di bagian paling selatan Jalur Gaza, bersamaan dengan pergerakan mereka ke daerah timur kamp pengungsian Bureij dan Maghazi, di bagian tengah Jalur Gaza.
Seorang koresponden Anadolu mengutip saksi mata membenarkan pergerakan kendaraan militer Israel menuju wilayah "Eastern Garage" dan di sekitar Masjid Al-Awda di Rafah tengah.
Para saksi menambahkan bahwa pergerakan tentara Israel tersebut terjadi di tengah penembakan artileri berat Israel di Rafah.
Di Khan Younis, tentara Israel melancarkan serangan ke Kota Qarara, bagian timur Kota Khan Younis, menurut reporter Anadolu.
Di Jalur Gaza tengah, tentara Israel juga melancarkan serangan ke wilayah timur kamp pengungsi Bureij dan Maghazi dengan penembakan artileri berat sehingga mengakibatkan jatuhnya korban di kalangan warga Palestina.
Agresi Israel ke Jalur Gaza yang terus berlanjut sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 36.600 warga sipil, yang sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 83.000 jiwa.
Menurut PBB, serangan Israel itu menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terusir dari tempat tinggalnya, 60 persen infrastruktur di Gaza rusak dan hancur, serta menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.
Dalam putusan terbarunya, Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan Israel untuk menghentikan agresinya ke kota Rafah di Gaza selatan, tempat lebih dari satu juta warga sipil mengungsi dari perang.
Meski demikian, Israel terus bergeming dan justru tetap terus melanjutkan serangannya ke Rafah.