Senin 29 Apr 2024 16:24 WIB

Pengamat: Prabowo Lebih Butuh PKS Ketimbang Partai Gelora

PKS dinilai ada daya tawar lebih kuat karena punya kursi signifikan di DPR

Rep: Febrian Fachri/ Red: Teguh Firmansyah
Pengamat Politik Ujang Komarudin memberikan paparan ketika menjadi narasumber dalam sebuah diskusi di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (15/3/2022). Diskusi tersebut mengangkat tema Penundaan Pemilu dalam Koridor Konstitusi.Prayogi/Republika.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, melihat penolakan Partai Gelora terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk masuk ke koalisi partai pendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka lebih karena persoalan masa lalu.

Ujang menyebut publik sudah mengetahui Partai Gelora didirikan oleh tokoh-tokoh yang dulu merupakan kader PKS. Sehingga dengan bergabungnga PKS di Prabowo-Gibran menurut Ujang menyebabkan ketakutan peranan Partai Gelora akan terpinggirkan. “Walau bagaimanapun sebenarnya Prabowo butuh PKS untuk memperkuat pemerintahannya. PKS pun butuh Prabowo,” kata Ujang, Senin (29/4/2024).

 

Ujang menyebut Partai Gelora yang berdiri sebagai bentuk antitesis dari PKS merasa telah berjuang keras untuk membantu pemenangan Prabowo-Gibran. Sedangkan PKS merupakan pendukung Anies Baswedan yang juga kerap mengkritik Prabowo-Gibran.

 

Meski punya jasa memenangkan Prabowo-Gibran, Ujang menilai daya tawar Partai Gelora tidak akan kuat lantaran partai tersebut gagal mendapatkan kursi di DPR.

Sementara PKS justru mengalami peningkatan suara di Pileg 2024 ini sebagai dampak dari efek ekor jas mendukung Anies.

 

“Kalau PKS masuk, Partai Gelora jadi tidak punya peran di Koalisi Prabowo-Gibran,”ucap Ujang.

 

Sebelumnya, Partai Gelora keberatan apabila PKS bergabung dalam koalisi partai politik pendukung pemerintahan Prabowo-Gibran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement