Kamis 25 Apr 2024 18:05 WIB

Terdampak Aktivitas Vulkanik Gunung Ruang, Warga Dilarang Masuki Dua Kampung Ini

BNPB meminta warga tetap berhati-hati meski Gunung Ruang sudah berstatus Siaga

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Foto yang disediakan Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional Indonesia (BASARNAS) ini menunjukkan sebagian desa di pulau Tagulandang yang tertutup abu letusan Gunung Ruang di pulau Sulawesi,  Jumat, (19/4/2024).
Foto: National Search and Rescue Agency via AP
Foto yang disediakan Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional Indonesia (BASARNAS) ini menunjukkan sebagian desa di pulau Tagulandang yang tertutup abu letusan Gunung Ruang di pulau Sulawesi, Jumat, (19/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus mendampingi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) meskipun status aktivitas vulkanik Gunung Ruang turun dari ‘awas’ menjadi ‘siaga’. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memasang rambu yang menginformasikan larangan untuk memasuki Kampung Pumpente dan Kampung Laingpatehi, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut). 

“Rambu atau tanda larangan tersebut merupakan sarana sosialisasi kepada masyarakat agar tidak memasuki lagi Kampung Pumpente dan Laingptehi yang masuk dalam radius kawasan rawan bencana,” kata Deputi Logistik Peralatan BNPB Lilik Kurniawan, Kamis (25/4/2024).

Pendampingan BNPB kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro dilakukan untuk memastikan keselamatan warga, khususnya yang tinggal di Pulau Ruang. Sosialisasi larangan memasuki Kampung Pumpente dan Kampung Laingpatehi dilakukan karena dua kampung itu berada di dalam radius 4 km atau berada di kaki Gunung Ruang. 

“Pada pemantauan dari atas kapal, masih terlihat penduduk setempat yang menyelamatkan barang dari sisa erupsi,” jelas Lilik.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Sitaro telah membentuk tim verifikasi data pengungsi yang melibatkan organisasi perangkat daerah terkait dan Kapitalau atau kepala desa untuk mendata pengungsi Kabupaten Sitaro dengan hasil 14.045 jiwa terdampak, dengan rincian 6.842 laki-laki dan 7.044 perempuan.

Sedangkan pengungsian, total warga mengungsi sebanyak 6.125 jiwa, dengan rincian 2.943 laki-laki dan 3.182 Perempuan yang tersebar di 13 titik. Penanganan pengungsi selanjutnya akan dipisahkan menjadi dua bagian. Pengungsi yang berasal dari Pulau Ruang akan dısatukan dalam satu tempat di gedung Balai Latihan Kerja (BLK).

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, pengungsi yang berasal dari Pulau Tagulandang tersebar di rumah sanak famili atau masih bertahan di rumahnya. Kendala yang dihadapi di sana adalah atap yang berlubang akibat lontaran batu Gunung Ruang pekan lalu.

“Sampai saat ini tercatat kerugian materiil yang terdampak antara lain 3.331 unit rumah, 31 unit sarana ibadah , 11 unit perkantoran, 21 unit sarana pendidikan dan 5 unit sarana kesehatan. Sedangkan jumlah rumah rusak sebanyak 363 unit,” kata Abdul.

Saat ini, gudang di dermaga Tagulandang sudah dilakukan pembersihan dan pembenahan gudang yang dilakukan oleh BPBD dan anggota Korem. Gudang itu dipakai untuk memindahkan bantuan logistik dan peralatan dari BLK yang sebelumnya menjadi gudang dan saat ini akan disiapkan untuk lokasi pengungsian pendudukan Gunung Ruang.

Bantuan BNPB tahap pertama yang sudah diberikan ke pemerintah daerah, antara lain operasional dana siap pakai Rp350 Juta, seng 10.000 lembar, tenda pengungsi lima set, tenda keluarga 100 unit, light tower empat unit, genset empat unit, sembako 300 paket, makanan siap saji 300 paket, hygiene kit 300 paket, matras 300.

“Kemudian selimut 300 lembar, kasur lipat 150 lembar, masker 300 boks, velbed 50 unit, toilet portable 10 paket, survival kit pengungsi 300 paket, terpal sebanyak 320 lembar. Saat ini bantuan tahap 2 sedang berada dalam perjalanan pengiriman ke Tagulandang,” jelas Abdul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement