REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Asrorun Ni’am Sholeh meminta kepada seluruh elemen pemuda untuk menjadi pelopor mewujudkan kebersamaan dan persatuan pasca putusan MK. Caranya dengan menghormati tahapan kepemiluan yang berujung pada putusan MK tersebut.
“Putusan MK terkait Pemilu bersifat final dan binding. Kontestasi telah usai. Saatnya bersatu membangun negeri. Pemuda harus menjadi agen yang memelopori inisiasi persatuan dan rekonsiliasi. Jangan biarkan narasi kebencian, provokasi menggerus kohesi nasional kita”, ujar Niam saat membuka acara Pemuda Bicara yang dihadiri oleh para pimpinan dari berbagai organisasi Ke pelajaran dan Kepemudaan di Jakarta, Selasa (23/04/2024).
Lebih lanjut, mantan aktifis mahasiswa ini menyampaikan, Putusan MK sebagai mekanisme formal untuk mengakhiri proses politik pemilihan umum baik pemilihan presiden maupun legislatif, karena putusan MK ialah putusan final dan binding.
“Karena itu kita sebagai warga negara yang taat hukum harus menghormatinya, dan menjadikan putusan MK sebagai dasar merespons dinamika perpolitikan, dengan mengesampingkan ego sektoral, dan juga kepentingan kelompok untuk menjaga kepentingan bangsa dan negara”, kata dia.
Guru Besar UIN Jakarta ini juga menegaskan, saatnya para pemuda untuk bersanding setelah bertanding, karena bangsa ini membutuhkan kebersamaan dan persatuan guna mengakselerasi proses pembangunan.
“Jangan sampai kita melanggengkan narasi provokatif dan membelah. Nah di sinilah pentingnya anak muda sebagai agen perubahan di dalam mewujudkan kohesi nasinal dengan menggunakan kemampuan literasi digitalnya, kemampuan membangun kebersamaan antar elemen, dan terus merajut tali kebersamaan, apalagi di tengah situasi idul fitri, maka semangat untuk membangun kebersamaan dan semangat untuk saling memaafkan harus menjadi etos positif di dalam mengakselerasi pembangunan," kata dia.
Selanjutnya, Dosen Pascasarjana UIN Jakarta ini menegaskan bahwa tidak ada pemimpin yang sempurna, tetapi proses politik yang sudah menghasilkan kepemimpinan nasional terpilih ini sebagai hasil optimal yang harus kita dukung secara bersama-sama.
“Kepentingan politik elektoral kita tidak boleh mengalahkan kepentingan nasional kita. saatnya berkontestasi ya berkontestasi, tapi jika sudah usai, jangan sampai masih melanggengkan narasi yang terus membelah, dan melanggengkan narasi perbedaan, saatnya mengedepankan narasi persatuan," kata Ni’am.
Dalam kegiatan Pemuda Bicara tersebut dihadiri juga oleh Asisten Deputi Bidang Organisasi Kepemudaan dan Kepramukaan, para Alumni organisasi Kepemudaan dan Aktivis dari berbagai elemen kepemudaan lainnya.