Ahad 17 Mar 2024 14:31 WIB

Depok dan Bogor Jadi Kawasan dengan Pertumbuhan Hunian Terbesar

Laporan Pinhome, program bebas PPN properti dorong naiknya permintaan rumah baru.

CEO dan Founder Pinhome, Dayu Dara Permata.
Foto: Republika.co.id
CEO dan Founder Pinhome, Dayu Dara Permata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pinhome meluncurkan Pinhome Indonesia Residential Market Report 2023 & Outlook 2024. Laporan terbaru tersebut mengungkapkan temuan penting sebagai inisiatif meningkatkan akses kepemilikan rumah, terutama bagi generasi muda dan milenial.

Laporan tersebut memuat dampak program bebas PPN dan kenaikan suku bunga terhadap pertumbuhan properti pada 2023 serta prediksi tren properti pada 2024. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) 2019 menyatakan, ada 81 juta milenial di Indonesia belum memiliki properti.

Baca: Mobil Xpander Tabrak Porsche GT3 di Showroom Bisa Dicover Asuransi?

CEO dan Founder Pinhome, Dayu Dara Permata, mengatakan, kesenjangan aspirasi dan realita itu yang ingin ditutup oleh Pinhome. Dia menjelaskan, Pinhome didirikan untuk mewujudkan visi membuka akses kepemilikan rumah bagi semua orang melalui kelengkapan fitur pencarian, pendanaan, hingga perawatan properti.

"Selama empat tahun beroperasi, kami juga melihat bagaimana akses informasi yang mudah dan terpercaya membantu generasi muda dalam memahami pasar properti, membuat keputusan yang tepat dan mewujudkan mimpi mereka memiliki rumah," ucap Dayu dalam siaran pers di Jakarta, Ahad (17/3/2024).

Dari analisis data penggunaan platform Pinhome sepanjang 2023, terdapat beberapa temuan menarik seputar tren properti residensial. Di antaranya, program bebas PPN properti dan pembangunan infrastruktur mendorong pertumbuhan inventori dan permintaan rumah baru. Pada akhir 2023, penambahan inventori baru pada proyek perumahan naik hingga dua kali lipat.

Baca: Daftar Empat Emiten Saham Naik Signifikan pada Ramadhan 1445 Hijriyah

Sementara permintaan akan rumah baru juga naik hingga 27 persen. Selain itu, kata Dayu, mengamati lonjakan permintaan rumah baru di Kabupaten Bogor dipicu oleh pembangunan infrastruktur signifikan, seperti pembangunan jalan Tol Serpong-Bogor lewat Parung.

"Kenaikan suku bunga sepanjang 2023 telah menggeser permintaan KPR ke tenor cicilan lebih pendek, dan bunga tetap lebih panjang," ucap Dayu. Permintaan KPR yang paling populer bergeser dari cicilan 16-20 tahun menjadi 11-15 tahun.

Adapun pembeli rumah semakin cermat dengan mengambil KPR take over dengan tenor bunga tetap yang lebih panjang, yaitu lima sampai delapan tahun. Selain itu, per Juli 2023, permintaan KPR take over pun naik dua kali lipat.

"Kota Depok dan Kabupaten Bogor menjadi kawasan dengan pertumbuhan hunian terbesar. Hunian di Depok rata-rata bertumbuh 2,5 kali setahun belakangan, dan Kabupaten Bogor diprediksi menjadi sentra pertumbuhan hunian di tahun 2024," ucap Dayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement