Jumat 01 Mar 2024 17:26 WIB

Ibu Santri yang Tewas di Kediri Tuntut Pertanggungjawaban Pengasuh Ponpes

Pengasuh Ponpes mengaku mendapat laporan BBM meninggal terpeleset dari sepupu korban.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Agus raharjo
Sejumlah tersangka penganiayaan santri yang mengakibatkan meninggal dunia menjalani rekonstruksi di Polres Kediri Kota, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (29/2/2024). Rekonstruksi penganiayaan santri berinisial BM yang mengakibatkan meninggal dunia oleh empat tersangka sesama santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri tersebut memperagakan 55 reka adegan di tiga lokasi berbeda.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/S
Sejumlah tersangka penganiayaan santri yang mengakibatkan meninggal dunia menjalani rekonstruksi di Polres Kediri Kota, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (29/2/2024). Rekonstruksi penganiayaan santri berinisial BM yang mengakibatkan meninggal dunia oleh empat tersangka sesama santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri tersebut memperagakan 55 reka adegan di tiga lokasi berbeda.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ibu dari BBM (14 tahun), yakni Suyanti (38) menuntut Fatihunada atau Gus Fatih selaku pengasuh Pondok Pesantren Tartilul Quran (PPTQ) Al Hanifiyyah Mojo, Kabupaten Kediri, bertanggung jawab atas kematian sang anak. BBM tewas diduga akibat dianiaya empat seniornya.

Suyanti menganggap, Gus Fatih selaku pengasuh Ponpes lalai melakukan pengawasan terhadap santri, hingga terjadi penganiayaan yang membuat anaknya meninggal. "Pondok harus bertanggung jawab," kata Suyanti dikonfirmasi Jumat (1/3/2024).

Baca Juga

Suyanti melanjutkan, kelalaian dari pengasuh Ponpes tergambar jelas saat Gus Fatih mengeklaim tak tahu menahu terkait penganiayaan yang mengakibatkan sang anak meninggal dunia. Meskipun, Gus Fatih beralasan tengah bepergian ke luar kota saat kejadian nahas tersebut.

"Gus Fatih bilang dia tidak tahu karena alasannya dia di Trenggalek, habis keluar kota," ujarnya.

Suyanti mengungkapkan, kepada dirinya Gus Fatih juga mengeklaim tak tahu terkait kondisi jenazah BBM yang penuh lebam dan luka di sekujur tubuhnya. Padahal Gus Fatih turut dalam rombongan yang mengantarkan korban dari Ponpesnya di Kediri menuju rumah duka di Banyuwangi.

"Kenapa dia tidak mengecek situasi atau melihat kondisi jenazah langsung? Berarti ada yang tidak wajar," ucapnya.

Suyanti mengakui, Gus Fatih memang telah menyampaikan belasungkawa dan permohonan maaf atas kejadian yang menimpa BBM. Tapi, kata Suyanti, permintaan maaf tersebut tak bisa menghapus keinginan keluarga untuk menuntut pertanggungjawaban atas meninggalnya BBM.

"Iya, dia (Gus Fatih) turut berbelasungkawa juga, meminta maaf gitu aja. Pihak keluarga memaafkan, semua memaafkan. Karena memang mengikuti proses hukum, jadi tetap minta pertanggungjawaban dari pondok," kata dia. 

Sebelumnya, Pengasuh PPTQ Al Hanifiyyah, Mojo, Kabupaten Kediri, Gus Fatih mengaku tak tahu terkait penganiayaan yang menyebabkan santrinya meninggal dunia. Gus Fatih mengaku, ia mendapatkan laporan BBM meninggal di rumah sakit akibat terpeleset di kamar mandi. Laporan itu ia terima dari santrinya yang juga sepupu korban, AF (16).

"Saya mendapat laporan itu jatuh terpeleset di kamar mandi terus kemudian dibawa ke rumah sakit dari saudaranya (AF). Kemudian saya spontan bertanya sakit apa kok ke rumah sakit, tapi ya saya percaya karena yang menyampaikan kakaknya (sepupu). Masa kakaknya mau menipu," kata Gus Fatih.

Ia kemudian mencari ambulans untuk mengantar jenazah ke kampung halamannya di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Gus Fatih pun turut mengantarkan jenazah BBM ke Banyuwangi bersama AF dan beberapa santri lain.

photo
Lima kasus kekerasan di ponpes yang mengakibatkan korban jiwa. - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement