REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga beras yang naik dan stoknya yang terbilang langka mengundang kecurigaan dari masyarakat. Banyak ibu rumah tangga juga mengeluhkan harga beras yang mahal itu bisa berdampak pada kestabilan keuangan keluarga.
Ibu rumah tangga yang berdomisili di Bubulak, Kota Bogor, Jawa Barat, bernama Acih, mengaku pusing dengan naiknya bahan pokok tersebut. "Harga sebelumnya mah ada yang Rp 9.000, Rp 9.500, ada yang Rp 10 ribu (per liter). Sekarang naik jadi Rp 12.500, Rp 13 ribu, sama Rp 13.500," kata Acih kepada Republika.co.id, Kamis (15/2/2024).
Isnurul Naeni, ibu empat anak dan praktisi filantropi yang berdomisili di Sukaraja, Kabupaten Bogor, ini menyebut stok beras di sejumlah supermarket terpantau kosong. Namun, label harganya tetap, yakni Rp 69.500 untuk beras FS Sentra Wangi kemasan lima kilogram.
"Kalau di warung, literan, yang biasa Rp 9.000 jadi Rp 11 ribu, yang pulen Rp 10 ribu jadi Rp 13 ribu, pandan wangi Rp 11 ribu jadi Rp 15 ribu. Infonya sejak awal Februari. Kalau beras naik, terigu juga bakalan naik. Efeknya bisa ke UMKM kuliner. Mau naikin harga, takut konsumen enggak terima," ujar Isnurul.
Kenaikan juga terpantau di Jakarta. Ibu rumah tangga pelaku UMKM yang membuka kedai jajanan, Zulfatul Fikriyah, menginformasikan tentang kenaikan harga tersebut. Keluarganya biasa membeli beras ukuran lima kilogram seharga Rp 69 ribu. Kini, produk yang sama harganya melonjak menjadi Rp 90 ribu.
Perempuan 41 tahun yang berdomisili di Cakung, Jakarta Timur, itu sadar dengan adanya kenaikan harga dua hari sebelum hari pencoblosan Pemilu 2024. Saat bertandang ke supermarket, ibu dua anak tersebut pun kesulitan mendapat beras.
Dia menyebut stok beras terlihat kosong dan sedang langka. "Terakhir beli yang curah di pinggir jalan, biasanya seliter Rp 12 ribu kemarin jadi Rp 16 ribu seliter," ujarnya.
Tidak hanya di Jabodetabek, kenaikan harga beras juga terjadi di Malang, Jawa Timur. Wirausahawan perempuan yang berdomisili di Kabupaten Malang, Rifatus Sa'adah, juga mengatakan beras terbilang mahal dan langka di daerah kediamannya.
Biasanya, keluarga Rifa membeli beras ukuran lima kilogram di minimarket setempat. "Tapi sekarang karena pada kosong, harus keliling dulu. Kemarin nemu di swalayan lokal, tapi selisih lebih dari Rp 10 ribu harganya," kata dia.
Jika biasanya beras ukuran lima kilogram yang dibeli keluarga Rifa seharga Rp 60 ribu, kini harganya naik menjadi Rp 75 ribu. Kenaikan harga itu disebutnya terjadi sebulan ke belakang. "Pasti ini ada permainan," ungkap Rifa.
Sementara itu, Emmy Suaida, ibu dua anak yang berdomisili di Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga mengaku kaget dengan informasi harga kenaikan harga beras. Di area kediamannya, dari harga beras Rp 14 ribu per kilogram, kini bisa mencapai Rp 20 ribu per kilogram.
Emmy biasa membeli beras langsung dalam ukuran lima kilogram. Namun, dua bulan belakangan dia tidak membeli beras sebab mendapat kiriman dari hasil panen sawah orang tuanya. Emmy mendapat informasi kenaikan harga beras dari para tetangga.
Tetap saja, Emmy merasa cemas dengan kenaikan harga beras. Pasalnya, kemungkinan itu bisa diikuti kenaikan harga lain. "Nanti bulan puasa sama Lebaran biasanya naik juga, padahal gaji belum tentu naik," ucap Emmy.