REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bunga Mawar dilambangkan sebagai anak muda yang elok rupa dan harum baunya, namun memiliki duri untuk melindungi dirinya. Majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) termuda pada kontestasi Pilpres 2024 dan Kaesang Pangarep yang menduduki posisi Ketua umum Partai termuda di Indonesia karena keduanya masuk generasi y yang lahir direntang tahun 1977-1994 mendapat apresiasi positif dari Caleg DPR RI Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dapil Sulawesi utara (Sulut) Denny Tewu.
Terlepas dari pro kontra bahwa keduanya anak dari Presiden Joko Widodo, bagi Denny sudah waktunya bangsa ini dinakhodai oleh anak muda yang berusia dibawah 40 tahun. "Saya mencontohkan semenjak zaman penjajahan, kemerdekaan hingga peralihan orde baru ke reformasi, perjuangan untuk perubahan selalu diwarnai oleh pergerakan mahasiswa atau ara anak muda sebagai motor penggerak," ujar Denny yang juga menjabat sebagai Kaprodi manajemen pascasarjana UKI ini.
Jika mengacu kepada kemerdekaan RI tahun 1945, para anak mudalah yang menculik Soekarno/Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamirkan Kemerdekaan RI. Begitu juga pada zaman orde baru yang berkuasa selama 32 tahun, lanjut Denny, saat itu anak muda jualah yang berjuang menduduki Gedung DPR/MPR RI hingga Soeharto mundur dan kita memasuki era Reformasi.
Kini anak muda generasi Y dan Z sebagai representasi Generasi emas, dibukakan pintu oleh Presiden Jokowi untuk menyongsong Indonesia emas tahun 2045 dengan menjadi pimpinan dari dalam sistem.
Diwali dengan mengangkat Mendikbudristek Nadiem Makarim yang kelahiran 1984 bahkan Menpora Dito Ariotedjo yang lahir pada 1990 serta sejumlah politisi muda lainnya yang kini menempati jabatan mentereng, menandakan perjuangan anak muda untuk menjadi pemimpin dan bukan hanya menjadi pelengkap penderita lagi. Mereka telah membuktikan bahwa mereka mampu, debat cawapres membuktikan anak muda kini tidak kalah dengan para seniornya.
Perjuangan anak muda kini diwarnai dengan slogan Mawar Melawan, mereka siap menjadi pemimpin fraksi bahkan pimpinan DPR/MPR dalam semua tingkatan, sepanjang rakyat Indonesia mempercayakan suaranya kepada mereka.
Mereka ingin berjuang dari dalam sistem untuk menegakkan anti intoleransi dan anti korupsi, mereka melihat Trias Politika Indonesia (Legislatif, Eksekutif, Judikatif) telah digerogoti oleh penyakit kronis koruptor, untuk itu mereka harus melawan dari dalam, tidak cukup hanya menduduki Gedung DPR RI Dari luar, tetapi harus melawan dari dalam sistem.
Untuk itu UU perampasan aset koruptor harus di golkan, itu komitmen dan hanya mungkin apabila mendapatkan dukungan suara rakyat yang signifikan.
Untuk memberantas korupsi tersebut tandas Denny memang harus ada partai yang menggembleng kadernya agar anti suap dan bisa memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya secara sistematis. "PSI, sebagai partai yang sering disimbolkan sebagai partainya anak muda, melarang anggota dewannya bermain proyek, mereka wajib menjadi pengawas eksekutif yang kritis, mereka harus selalu melapor secara transparan, partai ini harus mendidik para kadernya agar bisa menyelesaikan dan menuntaskan kasus korupsi yang banyak terjadi di masyarakat mulai dari dirinya sendiri," kata Denny.
Selain bicara pemimpin muda dan bisa memberantas korupsi, Denny juga menekankan Indonesia butuh pemimpin muda yang anti intoleransi. Bhineka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi satu tujuan demi kejayaan bangsa Indonesia, tandas Denny semua harus benar-benar dipegang teguh oleh Para pemimpin Indonesia kedepan," ujar Denny Tewu.