Sabtu 06 Jan 2024 15:46 WIB

Dinkes: Kasus DBD di Lampung Selatan Naik pada Desember 2023

Sepanjang 2023 telah ada 152 kasus DBD di Lampung Selatan.

Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menunjukkan pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung menunjukkan pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia di Kantor Dinkes Kota Bandung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/11/2023). Pemerintah Kota Bandung telah mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypty guna menekan kasus DBD di Kota Bandung. Kota Bandung merupakan satu dari lima kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD berbasis teknologi wolbachia.

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG SELATAN -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lampung Selatan mencatat jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah itu mengalami peningkatan pada Desember 2023. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Lampung Selatan Jamaluddin, di Kalianda, Sabtu (6/1/2024), mengatakan pihaknya telah mencatat jumlah kasus DBD pada  Desember 2023 terdapat 13 kasus baru yang telah ditangani.

"Untuk kasus DBD ada peningkatan. Kalau dilihat dari jumlah kasus pada bulan November hanya tujuh kasus, sedangkan bulan Desember terdapat 13 kasus," kata dia. Sepanjang 2023 pihaknya telah menangani 152 kasus DBD.

Baca Juga

Guna mencegah dan mengantisipasi lonjakan kasus DBD lebih lanjut, pihaknya akan menggencarkan pemberantas sarang nyamuk serta sosialisasi penerapan hidup bersih dan sehat. "Untuk menghadapi pergantian musim, ada potensi meningkatnya kasus DBD. Jadi kami gencar melakukan pencegahan dengan melakukan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan melakukan fogging bila sesuai kriteria hasil PE untuk memutuskan rantai penularan," ujar Jamaluddin.

Ia mengatakan penyebab utama keberadaan nyamuk penyebar DBD adalah hidup di lingkungan yang kurang bersih. Sehingga penerapan pola hidup sehat sangat penting dilakukan, khususnya di tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Karena itu, kata dia, untuk mencegah semakin banyaknya warga yang tertular DBD, pihaknya mengimbau dan mengajak masyarakat  meningkatkan kewaspadaan melalui 3M Plus, yaitu menutup, menguras, dan mengubur, serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

"Selalu meningkatkan peran masyarakat dengan kegiatan PSN dengan 3M Plus, seminggu sekali menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk," ujarnya. Selain itu dia mengatakan untuk mencegah dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti masyarakat bisa melakukan pencegahan, seperti mengoleskan cairan anti nyamuk di beberapa bagian tubuh saat beraktivitas di dalam dan luar rumah maupun hendak tidur.

Apabila masyarakat ada yang mengalami panas, demam tanpa sebab yang jelas, kata dia, segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. "Apabila ada gejala demam dan setelah berobat tidak ada perubahan, segera datang kembali ke pelayanan kesehatan terdekat untuk diperiksa lebih lanjut, apakah terkena DBD, apalagi di sekitar tempat tinggal sudah ada yang terkena DBD," Jamaluddin mengingatkan. 

 

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement