REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Rumah warga di Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, dihujani abu vulkanis Gunung Anak Krakatau (GAK). Kejadian yang terjadi selama proses erupsi itu membuat mata warga terasa perih dan nafas sesak.
“Benar, setiap hari warga bersihkan lantai rumah penuh abu gunung. Kalau keluar rumah mata perih dan sesak napas,” kata Helmi (52 tahun), warga Desa Regahan Lada, Pulau Sebesi, kepada Republika.co.id, Sabtu (16/12/2023).
Menurut dia, hujan abu vulkanis GAK yang mengotori desanya terjadi beberapa pekan terakhir, setelah terjadi letusan. Debu-debu tersebut terbawa angin laut sehingga rumah-rumah warga terpaksa dibersihkan setiap hari.
Ia mengatakan, erupsi GAK yang terjadi setiap hari, membuat warga Pulau Sebesi yang bekerja di luar rumah mengalami mata perih dan juga sesak napas.
Pulau Sebesi, salah satu pulau yang terdekat dengan GAK di Selat Sunda, yang sebelumnya induknya Gunung Krakatau meletus pada Agustus 1883. Pulau ini didiami hampir 3.000 jiwa. Aktivitas pencarian utama warga Pulau Sebesi nelayan dan petani.
“Kalau di luar mata perih dan sesak napas, karena udaranya kotor,” kata Helmi.
Aktivitas erupsi GAK yang berada di perairan Selat Sunda berbatasan Provinsi Lampung dan Banten masih berlangsung hingga Sabtu (16/12/2023). Berdasarkan data Magma Indonesia Kementrian ESDM, aktivitas erupsi GAK terjadi tiga kali.
Erupsi pertama terjadi pada pukul 07.35 dengan tinggi kolom abu teramati sekira 500 meter di atas puncak atau sekira 657 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 55 mm dan durasi 22 detik.
Erupsi kedua pada pukul 08.26 dengan tinggi kolom abu teramati sekira 700 meter di atas puncak atau sekira 857 mdpl. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.
Kemudian erupsi ketiga pukul 10.24 dengan tinggi kolom abu teramati mencapai 1.000 meter di atas puncak atau sekira 1.157 mdpl. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.
Menurut Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Lampung Selatan Andi Suardi, aktivitas letusan GAK sepanjang tahun sebanyak 139 kali. Saat ini GAK masih status Level III atau Siaga. “Masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki, dan nelayan dilarang mendekati GAK dalam radius lima kilometer dari kawah aktif,” kata Andi.