Rabu 13 Dec 2023 22:03 WIB

PDIP: Tujuan Program Makanan Anak Stunting di Depok Belum Tercapai

PDIP Depok sebut program makanan anak stunting di Kota Depok belum tercapai.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Bilal Ramadhan
Kader PKK mengukur lingkar kepala balita di Posyandu Bougenvile, Pemancar, Depok, Jawa Barat. PDIP Depok sebut program makanan anak stunting di Kota Depok belum tercapai.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Kader PKK mengukur lingkar kepala balita di Posyandu Bougenvile, Pemancar, Depok, Jawa Barat. PDIP Depok sebut program makanan anak stunting di Kota Depok belum tercapai.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Depok Ikravany Hilman menuding program pemberian makanan tambahan (PMT) lokal bagi anak stunting di Kota Depok, Jawa Barat, belum tercapai. Pernyataan tersebut dikatakan setelah program yang sempat menjadi sorotan nasional itu berakhir pada 11 Desember.

Ikravany mengatakan, sesuai juklak-juknis PMT lolal yang digariskan, program ini tujuan utamanya adalah soal edukasi nutrisi kepada masyarakat. Sementara Dinas Kesehatan (Dinkes) Depok selama ini menitikberatkan terkait jumlah makanan yang diberikan atau berat anak stunting saat ditimbang selama program.

Baca Juga

“Program ini bukan program bansos, program ini adalah program edukasi nutrisi. Nah, itu yang masih minim bahkan itu tidak tercapai, bukan nggak dilakukan tapi targetnya nggak tercapai,” jelas Ikravany kepada republika.co.id, Rabu (13/12/2023).

“Harusnya setelah program ini bukan hanya ditimbang anak, tetapi dari 9.000 sekian keluarga itu, berapa yang tahu bagaimana memenuhi nutrisi keluarganya, bagaimana memberi nutrisi, apa makanannya dan bagaimana memperoleh bahan-bahannya, bagaimana cara masaknya,” tambah Ikra.

Dia menyebut, memenuhi tujuan dari program ini penting agar setelah program berhenti, orangtua tetap bisa memberikan makanan dengan gizi dan nutrisi yang baik kepada anak. Hal ini sesuai dengan ketentuan juklak-juknis yang menyebutkan setiap pemberian makanan harus disertai dengan sosialisasi dan edukasi terkait nilai gizi makanan yang diberikan hingga cara membuatnya.

Menurut Ikra, Dinkes Depok tidak boleh berhenti pada jumlah makanan yang diberikan kepada anak, tetapi bisa memastikan 9.000 lebih anak atau keluarga yang diberi PMT telah teredukasi cara memberikan makanan bergizi. Hal ini agar ada perubahan untuk anak-anak stunting atau gizi kurang setelah program tersebut dihentikan.

“Sekarang kalau mau ini disurvei, dari 9.000 itu kasih kuesioner, makanan apa yang paling ibu tahu gizinya apa, gimana cara masaknya, bahan-bahannya apa. Kalau mau fair, seperti itu,” ujarnya.

“Nah itu kan yang kita nggak tahu sampai sekarang, itu yang saya bilang jangan berhenti pada output. Kalau output, jelas bisa laporan bahwa 9.000 warga dapat makanan, makanannya a, b, c, d. Tapi, kalau impact benefitnya, kita masih tanda tanya. Itu yang mesti diperhatikan juga supaya Rp 4,9 miliar ini betul-betul sampai akhir ada benefit,” tambah Ikra.

Program PMT lokal untuk anak stunting di Kota Depok, Jawa Barat sempat menjadi sorotan karena berbagai keluhan masyarakat. Awal-awal program ini berjalan, banyak warga yang mengeluh anaknya hanya diberi makanan otak-otak, nugget, hingga nasi kuah sup saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement