REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Smart City and Community Innovation Center, Institut Teknologi Bandung (SCCIC ITB) dan Kelompok Keahlian Teknologi Informasi (KKTI) menggelar "17 Tahun KKTI, 10 Tahun SCCIC: Transformasi Digital & Kesadaran Situasional Menuju Smart Indonesia", di Gedung Science Techno Park ITB, Senin (4/12/2023).
Ketua SCCIC ITB, Suhono Harso Supangkat mengatakan, kegiatan tersebut menyuguhkan berbagai riset dan inovasi KKTI dan SCCIC ITB terkait produk dan bentuk lainnya yang berfokus pada pencerdasarkan kehidupan bangsa.
"Dalam menghadapi transformasi digital dengan terus melakukan penelitian juga analisis, sehingga dapat bertindak lebih cepat, tepat serta akurat dengan tujuan membangun situasional awareness yang lebih efektif, efisien untuk mengambil keputusan yang benar dan akurat," kata dia melalui pernyataan tertulis, Rabu (6/12/2023).
Adanya kegiatan tersebut, kata dia, menunjukkan perguruan tinggi merupakan lembaga yang terbuka, tempat masyarakat umum, industri, maupun pemerintah, bertanya maupun berdiskusi terkait ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Bentuknya berupa digitalisasi maupun usaha-usaha lainnya sesuai tujuan pembangunan Indonesia, seperti kesejahteraan, keadilan, perdamaian, dan sebagainya sehingga muncul smart city, smart village, dan sebagainya,” pungkasnya.
Menurutnya transformasi digital dan kesadaran situasional sangat penting kemajuan Indonesia, salah satunya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Transformasi digital, yang mengubah sebuah kondisi ke kondisi lainnya dengan teknologi digital harus memiliki teknologi, SDM yang siap, proses dan/atau tata kelola, beserta data. Transformasi digital harus juga memerhatikan efisiensi, efektivitas, serta keseimbangan antara teknologi dan infrastruktur.
“Kami terus melakukan penelitian baik KKTI maupun SCCIC berkaitan dengan bagaimana ketelitian kita melakukan suatu analisis sehingga bertindak lebih cepat, lebih tepat, yang ujungnya pengambilan keputusan,” tuturnya.
Ketelitian pengambilan keputusan tersebut, kata beliau, dapat dilakukan dengan melakukan proses Iqra, Tabayun, dan Bertindak yang disingkat ITB. “Iqra membaca situasi, tabayun melakukan analisis atau check and recheck, dan yang terbaik yakni bertindak. Bertindaklah berdasarkan analisis, berdasarkan data,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut juga digelar diskusi buku Situational Awareness.
Buku tersebut berisi kumpulan hasil riset dan juga praktik yang dilakukan oleh KKTI maupun SCCIC yang kini masing-masing kini berusia 17 tahun dan 10 tahun. Rencananya, buku tersebut akan terbit pada Januari 2024.
"Harapan transformasi digital efisien dan efektif ke depan, dengan memperhatikan masyarakat harus seimbang antara teknologi, infrastruktur, aturan dan proses tata kelola. Maka dari hal tersebut dapat bersama-sama secara pentahelix antara pemerintah, universitas, industri, juga media bisa saling bahu membahu dalam mewujudkan transformasi digital," pungkasnya.
Menurut dia transformasi ini juga harus bisa memperhatikan masyarakat nya harus efisien dan efektif, juga seimbang antara teknologi dan infrastruktur, aturannya juga proses tata kelola.
"Nah dari sinilah kita semua bisa bersama-sama pentahelix antara pemerintah, universitas, industri, juga media saling bahu membahu," pintanya.