Ahad 26 Nov 2023 09:15 WIB

Nikmati Politik Riang Gembira, Warga Ikuti Lomba Joget Gemoy

Joget Gemoy diharapkan mengurangi ketegangan persaingan kompetisi politik.

Warga mengikuti Lomba Joget Gemoy, yang diselenggarakan Dedi Mulyadi, Sabtu (25/11/2023).
Foto: istimewa/doc humas
Warga mengikuti Lomba Joget Gemoy, yang diselenggarakan Dedi Mulyadi, Sabtu (25/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Untuk mencairkan ketegangan dalam kompetisi politik nasional yang mulai memanas, politikus Partai Gerindra, Dedi Mulyadi, menggelar  lomba Joget Gemoy antar warga, Sabtu (25/11/2023) malam. Kegiatan yang diselenggarakan di Tanah kelahiran Dedi di Kampung Pakuan, Subang, Jawa Barat, berlangsung meriah.

Warga dari berbagai kalangan,  mulai dari anak muda, bapak-bapak dan emak-emak, mengikuti kegiatan  ini. Bahkan mereka juga datang dari luar Subang, seperti Bandung, Garut, Tasik dan Tegal.

“Saudara-saudara peserta joget, mari kita buang fitnah dan caci maki, mari kita lempar iri hati dan mari kita kubur sikap saling menjatuhkan. Kita semua bersatu dalam gerakan yang sama, Joget Gemoy,” kata pemandu acara, Mpap Godo, dalam siaran pers, Ahan (26/11/2023).

Lomba ini melibatkan tiga orang dewan juri dan memperebutkan hadiah Rp.10 juta. Adapun kriteria penilain terdiri dari dua, yaitu, keunikan pakaian dan penampilan serta kemiripan gerakan joget dengan tokoh yang menjadi brand gemoy tersebut, yaitu Prabowo.

Sementara Dedi Mulyadi menjelaskan, acara yang digelarnya tersebut sebenarnya merupakan respon spontan. Mantan Bupati Purwakarta dua periode ini ingin mengajak semua kontestan politik  dan para pendukung capres-cawapres pada Pilpres 2024 mendatang agar lebih cair, rileks,  beradab dan beretika.

“Harapan saya, pesta demokrasi lima tahunan pada 2024 itu benar-benar pesta yang membuat seluruh rakyat riang gembira. Bukan tegang, apalagi saling serang dan mengancam. Namanya juga pesta, semua orang harus tersenyum, bukan obral kekuatan otot yang hanya bikin pesta jadi petaka,” kata Dedi.

Karena itulah, lanjut Dedi, ia ingin memberi pesan lewat lomba joget Gemoy ini bahwa Pilpres 2024 itu tidak dihadapi dengan otot ,saling serang, dan saling menjatuhkan lewat caci maki dan bahkan fitnah. Dan inilah yang sekarang sedang dilakukan capres Prabowo Subianto dan cawapres Gibran Rakabuming Raka.

“Jujur, lomba ini terinspirasi dari cara Pak Prabowo merespon aneka serangan dan fitnah kepadanya dengan joget Gemoy. Saya melihat Pak Prabowo semakin hari semakin matang dalam berpolitik," ungkapnya. 

Dari aspek personalnya pun, lanjut Dedi, Prabowo juga tampak terlihat  semakin bijak dan humanis. Prabowo, kata dia, lebih memilih diam dan berjoget Gemoy ketimbang melayani serangan yang beraroma fitnah/

Menurut Dedi, semangat itulah yang ingin ditularkan kepada seluruh kader dan pendukung pasangan Prabowo-Gibran. Termasuk, kepada seluruh rakyat Indonesia, siapapun pilihan capresnya. Melalui lomba joget Gemoy tersebut, Dedi ingin mensosialisasikan politik riang gembira. Tentu akan lebih baik, jika semangat yang sama juga terjadi pada capres-cawapres lain.

Tentang arti gemoy itu sendiri, Dedi menjelaskan, secara sederhana menggambarkan sosok orang yang bertubuh besar, gemuk bulat dan lucu. Dalam makna luasnya, orang yang tulus menerima apapun bentuk cercaan, cacian, hinaan dan fitnah kepadanya dengan cara menelannya tanpa membalas.

"Bagaimana cara membalasnya, yang dengan joget dan riang gembira. Sebab, kalau dia terpancing membalas dengan sikap serupa, bisa jadi badannya kurus dan tak lucu lagi. Kenapa? Karena energinya habis terkuras melayani itu,"  ungkap Dedi.

Sementara itu, salah seorang peserta lomba dari Bandung, Hesti mengungkapkan perasaan senangnya bisa ikut hadir dalam kegiatan tersebut. "Pokoknya senang banget. Harusnya diadakan juga di daerah lain.  Apalagi, bertujuan mencairkan suasana yang tegang jelang Pilpres. Sehingga, seluruh rakyat menghadapinya dengan gembira, bukan tegang,“ kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement