Jumat 24 Nov 2023 14:16 WIB

Guru Jadi Pengguna Pinjol Terbanyak : Pinjam Kebutuhan Produktif Bukan Konsumtif

Keputusan guru mengambil pinjol berkaitan dengan pendapatan profesinya

Ani Wijayanti yang merupakan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Kampus Digital Kreatif Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) mengatakan bahwa keputusan utama seorang guru mengambil pinjol tentunya sangat berkaitan dengan pendapatan dari profesinya.
Foto: dok UBSI
Ani Wijayanti yang merupakan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Kampus Digital Kreatif Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) mengatakan bahwa keputusan utama seorang guru mengambil pinjol tentunya sangat berkaitan dengan pendapatan dari profesinya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengungkapkan bahwa guru menjadi profesi yang paling banyak menggunakan pinjaman online (pinjol). Berdasarkan survei yang diungkapkan oleh NoLimit Indonesia pada tahun 2021, sebanyak 42 persen pengguna pinjol di Indonesia di dominasi oleh guru. 

LAlu apakah yang menyebabkan guru memilih terlibat pinjol? Dr Ani Wijayanti yang merupakan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Kampus Digital Kreatif Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) mengatakan bahwa keputusan utama seorang guru mengambil pinjol tentunya sangat berkaitan dengan pendapatan dari profesinya. 

“Gaji seorang guru diatur dengan jelas dalam PP No. 15/2019 tentang Peraturan Gaji PNS, yakni Golongan terendah 1A kisaran 1,5 juta sampai dengan tertinggi IV E kisaran 5,9 juta. Besaran gaji tersebut tentunya relatif bagi masing-masing orang untuk memenuhi kebutuhan keseharian,” ujar Ani. 

Bagi seorang guru yang konsumtif dan bergaya hidup hedonisme bisa dipastikan sangat kurang. Sehingga mendorong guru mengambil pinjaman salah satunya Pinjol.

Terlebih lagi Guru-guru honorer yang gajinya hanya kisaran ratusan ribu, sudah bisa dipastikan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan harian tanpa ada pekerjaan tambahan.

Menurutnya, kondisi ekonomi pasca pandemi dan proses pemulihan yang masih terus berlangsung menyebabkan banyak orang harus mengambil pinjaman untuk bertahan dimasa yang serba sulit. Tawaran dari Pinjol yang mudah dan iklannya dalam berbagai media, tentunya sangat menggiurkan bagi banyak orang. 

“Keinginan mendapatkan kemudahan, proses cepat, dan rendahnya literasi menjadi penyebab seseorang terjebak pinjol. Proses pinjaman di koperasi dan bank yang mensyaratkan banyak administrasi dan angunan tentunya sangat menyulitkan bagi kebanyakan orang yang terdampak pandemi. Kebanyakan mereka sudah tidak memiliki asset lagi untuk dijadikan agunan karena dampak pandemi, sehingga pinjol menjadi opsi termudah dan tercepat untuk mengatasi solusi tanpa memikirkan dampak jangka panjang,” imbuhnya. 

Berbagai solusi dapat dilakukan untuk menghindari Pinjol, yang terutama adalah melakukan perencanaan keuangan yang sehat, sehingga kebutuhan akan pinjaman dapat dihindari semaksimal mungkin. 

“Apabila harus mengambil pinjaman, maka pastikan pinjaman untuk kebutuhan produktif bukan konsumtif, tingkatkan literasi tentang pinjol, pastikan legalitas pemberi pinjaman, dan besaran pinjaman disesuaikan dengan kemampuan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut,” tutupnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement