Rabu 15 Nov 2023 16:41 WIB

Dapat Beasiswa Adem, Siswa Asal Nduga, Papua Bisa Sekolah di Yogyakarta

Nison Tabuni kini tercatat di SMA Pangdui Luhur Yogyakarta.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Erik Purnama Putra
Siswa asal Nduga, Papua Pegunungan, Nison Tabuni mendapat beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah hingga bisa sekolah di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Foto: Republika.co.id
Siswa asal Nduga, Papua Pegunungan, Nison Tabuni mendapat beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah hingga bisa sekolah di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) yang diadakam Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berhasil membuat Nison Tabuni, siswa asal Papua untuk mewujudkan mimpi bersekolah di SMA unggulan di Kota Yogyakarta.

Siswa asal Nduga, Provinsi Papua Pegunungan ini harus menempuh jalan yang tak mudah untuk bisa melanjutkan pendidikan ke SMA. "Awal orang tua saya menolak tanda tangan surat persetujuan orang tua untuk program beasiswa ini," ucap Son, sapaan akrabnya, saat ditemui di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (113/11/2023).

Nduga merupakan daerah yang kerap terjadi konflik bersenjata. Son pun harus mengungsi ke daerah lain ketika konflik terjadi di kampung halamannya. Akibatnya, sekolah tempat dia menempuh pendidikan bisa dikatakan jauh dari kata layak.

Sekolah di Nduga hanya berupa tenda pengungsian yang terdapat papan tulis di dalamnya. Itu pula yang membuatnya harus berada jauh dari orang tua aslinya.

"Saya tinggal bersama kakak ibu saya. Ketika izin, semuanya tidak mau tanda tangan surat itu karena ragu melepas saya ke daerah lain," kata Son yang bercita-cita menjadi pesepak bola profesional dan membela tim nasional itu.

Tapi, kegigihan Son untuk meyakinkan orang tuanya untuk berangkat berbuah manis. Surat itu akhirnya ditandatangani, dan Son berhasil lolos semua tahapan seleksi yang diperlukan untuk menjadi penerima beasiswa Adem. Hingga akhirinya, ia menempuh pendidikan di SMA BOPKRI Bangunapan, DIY.

Son dilepas dengan syarat dapat mempertanggungjawabkan segala keputusannya sendiri saat merantau. "Orang tua hanya berpesan, ‘ini pilihanmu. Kau harus terima semua konsekuensinya. Ingat satu hal, jangan ikut pergaulan yang macam-macam di luar sana," Son.

Kini, dia telah menempuh pendidikan selama kurang lebih dua tahun di DIY. Son sudah duduk di kelas 11 atau kelas 2 SMA. Orang tuanya pun sudah mendukung keputusannya untuk menempuh pendidikan lebih lanjut di luar Papua.

Selain bercita-cita menjadi pesepak bola, Son hendak menjadi seorang akuntan. Dia menyatakan akan terus semangat belajar dan tak membuat keputusannya salah.

Ke depan, Sonn berencana kembali ke Papua untuk membangun daerahnya menjadi lebih baik lagi. Dia pun mengaku akan membagikan pengalamannya mendapatkan beasiswa Adem tersebut kepada anak-anak di sekitarnya. Sebab, tak banyak teman-teman di daerahnya yang bisa mendapatkan atau bahkan tahu tentang program tersebut.

Beasiswa Adem adalah program bantuan pemerintah yang diberikan kepada lulusan peserta didik SMP/MTs sederajat untuk melanjutkan pendidikan menengah SMA/SMK yang berasal dari orang asli Papua (OAP), daerah khusus, dan repatriasi. Beasiswa itu dikeluarkan melalui Kemendikbudristek yang dikelola oleh Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan atau Puslapdik.

Sehubungan dengan hal tersebut, Puslapdik pada 2023 mengalokasikan Bantuan Program Adem wilayah Papua, Daerah Khusus dan Repatriasi. Pada tahun sebelumnya, siswa program Adem menempuh pendidikan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten, Bali Aceh, Sumatra Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Riau, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement