REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus capres Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto menyebut, beberapa negara Barat menggunakan standar ganda dalam menyikapi serangan brutal militer Zionis Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza, Palestina.
Prabowo menjelaskan, selama ini, negara-negara Barat mengajarkan dan menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Namun, negara di kawasan Eropa dan Amerika Utara itu hanya diam dan tidak menganggap serangan Israel yang menewaskan ribuan warga sipil Gaza bukan pelanggaran HAM.
"Diajarkan kepada kita demokrasi dan hak asasi manusia, tapi kalau ribuan anak dibom, rumah sakit dibom, orang sipil dibom itu bukan pelanggaran hak asasi" kata Prabowo saat berpidato dalam acara Rakernas LDII di Jakarta Timur, Selasa (7/11/2023).
"Jadi ada satu pelajaran. Hak asasi untuk satu kelompok manusia dan satu kelompok manusia yang bebas. Itu namanya standar ganda," ujar ketua umum DPP Partai Gerindra itu.
Untuk kedua kalinya, Prabowo mengekspresikan kegeramannya terhadap negara-negara Barat. Ketika menjadi pembicara dalam acara Siltanas ICMI di Makassar pekan lalu, Prabowo mengaku kecewa negara-negara yang mengaku menjunjung HAM itu membiarkan Israel terus membombardir Gaza.
"Sayang disayang, mereka banyak mengajarkan demokrasi, mereka ajarkan hak asasi manusia. Tapi, begitu ada sebuah negara yang bom rumah sakit, yang bunuh anak-anak kecil, mereka diam seribu bahasa," kata Prabowo.
Eks Pangkostrad dan Danjen Kopassus tersebut menilai, negara-negara Barat selama ini hanya berkoar-koar soal HAM, tapi nyatanya tak mempraktikkan nilai-nilai HAM. "Mereka yang mengajarkan kita hak asasi. Jadi, ternyata saudara-saudara, apa yang diajarkan seringkali bukan itu yang diyakini," kata Prabowo.
Melansir data yang dihimpun United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza, dan keterangan resmi Pemerintah Israel, terungkap lebih dari 9.100 warga Palestina tewas akibat perang antara Israel dan pejuang Hamas selama 7 Oktober-2 November 2023.