Senin 06 Nov 2023 12:59 WIB

Paradoks Whoosh: Halim-Tegalluar 40 Menit, Tapi Tegalluar-Gedung Sate 1 Jam

Jarak tempuh dari Stasiun Tegalluar ke Kota Bandung lebih lama akibat masalah akses.

Kereta cepat WHOOSH melaju menuju stasiun Padalarang dan Tegal luar dari Stasiun Halim, Jakarta, Selasa (17/10/2023). PT KCIC meresmikan aplikasi mobile penjualan tiket bernama WHOOSH Kereta Cepat serta melakukan perjalanan pertama yang mengangkut penumpang berbayar. Pada peresmian tersebut PT KCIC juga memberikan promo bagi penumpang yang membeli tiket melalui aplikasi WHOOSH dengan biaya sebesar Rp150 ribu untuk kelas premium ekonomi dari tanggal 18 Oktober hingga 30 November mendatang sebagai upaya menarik minat masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi publik berbasis rel.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arie Lukihardianti, M Nursyamsi, Deddy Darmawan Nasution

Layanan jasa transportasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) masih menyisakan masalah belum terintegrasinya moda transportasi antara Whoosh dan sistem transportasi menuju Kota Bandung. Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar), Daddy Rohanady, mengaku menerima keluhan dari beberapa pengguna jasa layanan transportasi KCJB.

Baca Juga

Daddy menjelaskan, keluhan tersebut terkait akses dari Stasiun KCJB ke daerah perkantoran. Yakni, dengan menggunakan KCJB, waktu tempuh Jakarta-Bandung hanya sekitar 40 menit. Waktu tersebut memang hanya dari transit oriented development (TOD/stasiun) Halim ke TOD Tegalluar. Namun, dari Tegalluar ke Gedung Sate bisa membutuhkan waktu sekitar 1 jam

"Beberapa kawan mengeluhkan tentang sebuah paradoks ini. Menurut saya yang dikeluhkannya adalah sesuatu yang sangat wajar," ujar Daddy kepada Republika.co.id, Senin (6/11/2023).

Daddy mengatakan, keluhan para pelanggan Whoosh tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Pemprov Jabar. Yakni, berkaitan dengan belum terintegrasinya moda transportasi.

"Saya lihat ada beberapa hal yang menyebabkan belum terintegrasinya moda transportasi tersebut," katanya.

Selepas dari TOD Tegalluar, kata dia, jalur yang dilalui menuju ke arah Gedung Sate memang masih banyak yang sempit. Sehingga, laju kendaraan pun pasti lebih lambat. 

Sebenarnya, kata dia, ada jalur pilihan melalui jalan tol. Namun, sebelum masuk tol, tetap saja harus mengular masuk ke kawasan kompleks perumahan Summarecon.

"Sebelum memasuki kawasan itu, lagi-lagi jalurnya masih cukup sempit," katanya.

Menurutnya, jika jalur yang dipilih adalah masuk ke arah Jalan Soekarno-Hatta, bisa dipastikan jalur tersebut lebih macet lagi. Sebelum sampai ke Jalan Soekarno-Hatta saja, setelah keluar dari kawasan Summarecon, jalannya sudah mulai menyempit. 

"Belum lagi ketika kita berpapasan dengan para pengunjung Masjid Raya Al-Jabbar. Selain jalannya masih sempit, jalur ini sudah cukup padat penggunanya," katanya.

Selepas itu, kata dia, melalui Jalan Cimencrang bisa dipastikan tidak kalah macet. Jalan itu relatif  sempit, sedangkan kendaraan yang melaluinya tidak pernah sepi. Sejak diresmikannya Majid Raya Al-Jabbar, Jalan Cimencrang memang semestinya sudah diperlebar mengingat volume kendaraan yang melewati jalur itu. 

Namun, kata dia, pembebasan lahan di wilayah perkotaan memang bukanlah hal yang mudah. Persoalan pembebasan lahan hampir selalu menjadi masalah klise di setiap kegiatan pembangunan. Padahal, jika Jalan Cimencrang sudah diperlebar, bisa dipastikan volume kendaraan ke dan dari Masjid Raya Al-Jabbar maupun TOD Tegalluar akan menjadi lebih lancar.

"Memasuki Jalan Soekarno-Hatta juga tidak bisa terlepas dari kemacetan," katanya.

Jalur itu, kata dia, memang sangat strategis mengingat fungsinya yang menjadi penghubung bagian timur menunju arah tengah atau pusat kota. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa volume kendaraan di Jalan Soekarno-Hatta pastilah padat.

Di sepanjang kiri-kanan jalan tersebut berjejer berbagai perkantoran, kantor pemerintah, kantor partai, bisnis, supermarket dan Markas Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Barat. Di belakangnya juga banyak sekali perumahan yang tentu saja jumlah rumahnya secara total menjadi ribuan. 

Menurut Daddy, untuk menunju Gedung Sate dari Jalan Soekarno-Hatta, ada beberapa alternatif yang bisa digunakan. Yakni, bisa melalui perempatan Jalan Kiara Condong dan bisa juga melalui perempatan Jalan Buah Batu. 

Namun, kata dia, bisa dipastikan, menjelang kedua perempatan besar tersebut, akan ditemui kemacetan yang cukup panjang. Bahkan, sebelum itu perjalanan akan terganggu dengan adanya kendaraan yang berputar arah.

"Lalu, masuk ke pusat Kota Bandung pun tidak kalah macet. Para pengguna jalan harus tahu betul jalur alternatif yang akan digunakan. Jika tidak, bisa dipastikan satu hal pasti akan terjebak beberapa kemacetan," katanya.

 

"Begitulah kita-kira kondisi yang akan dialami para penumpang KCJB selepas turun dari TOD Tegalluar. Masih ada beberapa jalan alternatif yang bisa digunakan. Paling tidak, gambaran singkat ini bisa menjadi gambaran dan membutuhkan solusi atas masalahnya," paparnya, menambahkan. 

photo
Perjalanan Kereta Semakin Cepat - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement