REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani, Reuters, AP, Euronews
Sebulan berlalu perang antara Israel dan Hamas, makin ke sini makin tersingkap niat jahat Zionis menjadikan serangan balik atas serangan militan Hamas pada 7 Oktober lalu sebagai momentum untuk membumihanguskan Gaza sekaligus mengusir bangsa Palestina dari tanah mereka. Skenario kabinet yang bocor ke publik hingga pernyataan terang-terangan pejabat kabinet Zionis mengungkap bagaimana pemerintahan Benjamin Netanyahu secara sistematis tengah menjalankan plot pembersihan etnis lewat dalih operasi membasmi militan Hamas.
Lebih dari 9.500 warga Palestina telah terbunuh akibat bombardir serangan udara dan invasi jalur darat Angkatan Bersenjata Israel (IDF). Pasukan IDF bak membabi buta di Gaza. Semua yang dicurigai terkait Hamas dibom tanpa mempedulikan tekanan dunia Internasional yang mengingatkan adanya potensi terjadinya kejahatan perang di mana warga sipil dibunuh, sementara beragam infrastruktur sipil mulai dari rumah; sekolah; universitas; tempat ibadah; hingga rumah sakit diluluhlantahkan rata dengan tanah.
Saat serangan darat saat ini tengah mendapatkan perlawanan sengit dari militan Hamas, muncul wacana ‘gila’ dari salah satu anggota kabinet. Adalah Menteri Kebudayaan Israel Amihay Eliyahu lewat wawancaranya dengan sebuah radio menjawab pertanyaan apakah opsi penggunaan bom nuklir dimungkinan di Gaza.
“(Opsi bom nuklir) Itu salah satunya,” kata Eliyahu, yang pernyataannya itu kemudian menjadi tajuk utama media-media Arab pada akhir pekan lalu.
Sadar akan pernyataan menterinya yang 'offside', Benjamin Netanyahu sampai harus membuat klarifikasi atas komentar Eliyahu. Netanyahu seperti dilaporkan Reuters pada Ahad (5/11/2023), mengambil langkah mendisiplinkan Eliyahu dengan cara tidak mengikutsertakan Eliyahu dalam rapat kabinet membahas perkembangan Gaza.