Rabu 01 Nov 2023 13:04 WIB

Pemprov DKI Gencarkan Vaksin Cacar Monyet

Kasus cacar monyet yang ditemukan di Jakarta berasal dari komunitas tertentu.

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Pemprov DKI akan menggencarkan vaksinasi cacar monyet.
Foto: Republika/ Haura Hafizhah
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Pemprov DKI akan menggencarkan vaksinasi cacar monyet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggencarkan vaksin cacar monyet dan memperluas penelusuran (tracing). Hal itu dilakukan menyusul bertambahnya kasus tersebut di Ibu Kota. 

"Kemarin Pak Menkes (Budi Gunadi Sadikin) sudah sampaikan 22 kasus, itu hasil tracing yang diminta oleh Pemprov dan Kemenkes pada Dinkes. Terus aksinya bagaimana? Aksinya adalah kami vaksin," kata Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono usai panen raya cabai "Rawita Peti" (Pedaskan Timur) di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rawa Jaya, Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (1/11/2023).

Baca Juga

Bagi pasien yang mengalami penyakit cacar monyet, kata dia, akan diisolasi di rumah sakit. "Stok vaksin (Mpox) ada. Kami isolasi yang terkena cacar monyet," kata Heru.

Menurut dia, kasus cacar monyet yang ditemukan di Jakarta berasal dari komunitas tertentu dan pihaknya akan melokalisir ke sana.

"Insya Allah itu hanya komunitas tertentu saja. Kita lokalisir ke situ," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi adanya tambahan kasus cacar monyet di Indonesia hingga Selasa (31/10/2023) sudah 27 kasus.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan terdapat tiga kasus baru yang berasal dari DKI Jakarta. Berdasarkan domisili, dia menyebutkan terdapat 22 kasus aktif di DKI Jakarta, empat kasus aktif di Banten dan satu kasus aktif di Bandung.

"Seluruhnya menular melalui kontak seksual," kata Maxi.

Dia menjelaskan sebanyak 42 persen dari total seluruh kasus didominasi oleh penderita berusia 25 hingga 39 tahun. Adapun penderita yang berusia 18 hingga 24 tahun tercatat lebih rendah yakni sebanyak 12 persen.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement