Senin 23 Oct 2023 17:47 WIB

Kemenkes Ungkap Mayoritas Pasien Cacar Monyet di Indonesia Berorientasi Biseksual

Total hingga hari ini ditemukan delapan kasus cacar monyet, semua kasus di Jakarta.

Rep: Ronggo Astungkoro, Haura Hafizhah/ Red: Andri Saubani
Vaksinasi cacar monyet diperuntukkan bagi orang-orang yang berisiko tinggi.
Foto:

Sebelumnya, Staf Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Kelompok Staf Medis Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo  Robert Sinto, mengingatkan aktivitas seksual berperan dalam transmisi cacar monyet. Robert saat webinar yang diikuti dari Jakarta, Kamis pekan lalu, meminta hal itu betul-betul diperhatikan karena banyak kasus yang ditemukan di dunia, berasal dari transmisi hubungan seks dalam setahun terakhir.

“Dalam satu tahun terakhir dari 2022-2023, mode transmisi kontak erat melalui hubungan seksual ini yang menjadi faktor, yang sering dihubungkan dengan kasus cacar monyet satu tahun belakangan ini,” ujar Robert.

Sentuhan kulit atau cairan yang menempel ke orang lain dapat membuat orang yang tersentuh jadi terinfeksi. Dengan demikian, seks bisa menjadi aktivitas pasangan yang rentan jika salah satu pihak sudah terinfeksi cacar monyet.

Dia menyatakan kondom tidak menjamin dapat melindungi diri dari cacar monyet 100 persen ketika berhubungan seks dengan pasangan. “Kondom itu tidak bisa melindungi dari penularan karena seks itu kontak erat langsung, bukan masalah cairannya,” kata Robert. 

Robert menuturkan, kondom tidak dapat menutupi seluruh bagian permukaan tubuh selama berhubungan seks. Sedangkan penularan cacar monyet utamanya disebabkan oleh kontak fisik antarmanusia maupun droplet berupa air liur dan keringat.

Meski demikian, Robert menyatakan kondom dapat dijadikan upaya dalam meminimalisir potensi penularan cacar monyet. Dia juga mengimbau agar masyarakat tidak berganti-ganti pasangan untuk melakukan hubungan seks dan menjaga kebersihan diri.

Mengurangi penyebaran cacar monyet termasuk memakai masker, rajin mencuci tangan dan memakai pakaian lengan panjang ketika berada di tempat publik karena virus cacar monyet bisa menempel di permukaan benda seperti pegangan eskalator maupun gagang pintu.

“Itu akan sangat mengecilkan penularan. Apalagi jalur penularan yang saat ini sedang banyak dilaporkan adalah dari hubungan seks,” kata Robert.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menyatakan, seseorang yang memiliki partner seksual banyak dapat berisiko tinggi terinfeksi penyakit cacar monyet. "Bisa melalui kontak langsung, seperti berciuman, hubungan seks, terutama hubungan seks yang multiseks atau dengan partner lain yang tidak diketahui," kata Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN Harimat Hendarwan saat dihubungi di Jakarta, Rabu pekan lalu.

Harimat menjelaskan, virus monkeypox dapat menginfeksi tak hanya melalui hewan, namun juga dapat ditransmisikan melalui kontak fisik secara langsung atau kontak seksual dengan seseorang yang sudah terinfeksi. Ia menjelaskan penyakit zoonosis langka tersebut bisa masuk tubuh melalui kulit yang terluka atau permukaan lapisan kulit dalam (mukosa), mulut, dan faring.

Selain itu, ujar dia, virus tersebut bisa masuk melalui alat kelamin serta anus. Selain kontak fisik dan seksual dengan penderita, kata dia, penyakit cacar monyet bisa ditularkan lewat benda yang sudah terkontaminasi serta hewan, seperti monyet, tupai, dan tikus yang terinfeksi virus.

"Kontak fisik maupun juga melalui benda yang sudah disentuh oleh penderita kemudian disentuh orang lain atau bisa juga dari hewan ke manusia, bisa dari kera, tupai, tikus yang mengandung virus monkeypox," katanya.

Menurut Harimat, upaya mitigasi penyakit agar tak menyebar luas, antara lain menerapkan pola hidup sehat, seperti rajin mencuci tangan, menghindari kontak dengan penderita, serta melakukan seks yang aman. "Berhubungan seks yang aman dengan partner, jangan pria suka pria, dan multipartner," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement