REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PeaceGeneration kembali menyelenggarakan kegiatan tahunan Agent of Peace (AoP) Summit 2023 untuk mempromosikan perdamaian di kalangan pelajar. AoP Summit tahun ini berlangsung di Kota Bandung dan berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar), dengan tujuan utama mencegah tiga dosa besar dalam dunia pendidikan, yaitu perundungan (bullying), intoleransi, dan kekerasan seksual.
Digelar di Hotel Ibis Budget, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Kamis (19/10/2023), AoP Summit 2023 ini diselenggarakan. Acara ini dihadiri oleh 140 peserta terdiri dari guru dan siswa yang mewakili 28 sekolah di wilayah Bandung Raya dan Garut. AoP Summit 2023 menjadi wadah bagi para peserta yang telah berdedikasi dalam mengimplementasikan proyek Anti Bully di lingkungan sekolah masing-masing.
Sebelum mengikuti AoP Summit, siswa perwakilan dari berbagai sekolah terlebih dahulu mengikuti lokakarya yang diadakan dalam rangkaian acara Youth for Peace. Dalam lokakarya ini, para peserta mendalami pengetahuan mengenai fenomena bullying, mengidentifikasi beragam jenis bullying, serta memperoleh panduan dan tips efektif dalam mencegah tindakan bullying di sekolah.
Melalui pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh, siswa diharapkan dapat menerapkannya dengan cara menciptakan budaya damai dan toleransi di lingkungan sekolah melalui proyek Anti Bully, sebagaimana disampaikan oleh Miftahul Huda, Koordinator Pembelajaran, PeaceGeneration Indonesia.
"Setelah siswa menyelesaikan pelatihan, kami menyelenggarakan sesi lokakarya Happy Tanpa Bully. Selanjutnya, kami memberikan mereka tugas misi perdamaian untuk diimplementasikan di lingkungan sekolah. Para peserta diberi waktu sekitar dua bulan untuk merancang dan melaksanakan proyek perdamaian di sekolah masing-masing," kata Miftahul Huda.
Hasil dari proyek Anti Bully ini kemudian dipresentasikan pada kegiatan AoP Summit 2023. Setiap siswa perwakilan dari sekolah masing-masing diberikan kesempatan untuk berbagi wawasan dan pengalaman mereka, serta menginspirasi peserta lainnya dalam upaya bersama mewujudkan budaya damai di dunia pendidikan.
Kegiatan AoP Summit 2023, yang bertujuan untuk mewujudkan budaya damai di sekolah, mendapat dukungan penuh dari Disdik Jabar yang diwakili oleh Firma Oktora, Ketua Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan. Beliau menegaskan pentingnya perdamaian di sekolah dengan saling mendukung dan mengapresiasi satu sama lain.
“Siswa di sekolah itu terdiri dari berbagai suku, agama, dan bahasa, kita sepakat semuanya adalah satu kesatuan. Seharusnya tidak ada lagi yang membully, sudah tidak berlaku. Saya senang sekali dengan tema AoP Summit ini, yaitu Happy Tanpa Bully, karena keberhasilan
belajar dimulai dari kebahagiaan dengan cara saling mengapresiasi kepada siapa pun,” kata Firman Oktora.
Siswa yang mengikuti kegiatan AoP Summit juga menyatakan bahwa melalui kegiatan ini, mereka memahami betapa pentingnya pendidikan dan merasa menjadi bagian penting dalam mencegah bullying di sekolah masing-masing, sebagaimana yang disampaikan Omar dari SMA Pasundan Cimahi.
“AoP Summit kali ini mengajarkan saya tentang pentingnya pendidikan dan juga pengetahuan mengenai bullying. Sangat insightful, mendapatkan banyak pengalaman baru, serta pertemuan dengan teman-teman lain di sini benar-benar memorable. Sebagai siswa, saya juga merasa memiliki peran dalam mencegah bullying di sekolah,” kata Omar.
PeaceGeneration bersama Disdik Jabar berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa untuk ikut terlibat dalam mencegah bullying di lingkungan sekolah.
Adapun, seperti dilansir dari Antara, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) memaparkan data perundungan yang terjadi di satuan pendidikan selama Januari hingga Juli 2023 dan mengimbau dinas pendidikan di kabupaten/kota untuk membentuk satgas demi mencegah perundungan di lingkungan sekolah.
Selama Bulan Januari hingga Juli 2023, FSGI mencatat ada 16 kasus perundungan yang terjadi di sekolah, di antaranya terjadi di jenjang pendidikan SD 25 persen, SMP 25 persen, SMA 18,75 persen, SMK 18,75 persen, MTs 6,25 persen, dan pondok pesantren 6,25 persen.