REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Lembaga riset internasional Ipsos Public Affairs menggelar survei tatap muka untuk memotret perkembangan dan dinamika elektoral jelang pendaftaran bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden. Survei digelar 1-10 Oktober di 34 Provinsi dengan responden sebanyak 2039 dengan margin of error sebesar lebih kurang 2,19 persen.
Dalam menggelar survei tatap muka ini, Ipsos menggunakan aplikasi Ipsos Ifield yang merupakan standar internasional.
“Hasil survey ini tentu menarik dan penting mengingat tinggal hitungan hari lagi waktu pendaftaran bacapres dan bacawapres ke KPU, apalagi kita tau dua bacapres Ganjar dan Prabowo hingga kini belum menentukan siapa yang akan dijadikan cawapres,” ujar analis politik dan peneliti senior Ipsos Public Affairs Arif Nurul Imam.
Dikatakan Arif, bacapres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, hingga kini masih saling berkejaran dalam mencari simpati dan dukungan masyarakat. Hal ini karena interval atau jarak elektabilitas kedua tokoh tersebut terpaut sangat tipis dalam ambang margin of error.
“Prabowo Subianto memperoleh elektabilitas sebesar 30,13 persen, sementara mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo elektabilitasnya sebesar 29,77 persen, sedangkan Anies Baswedan sebanyak 20 persen, dan yang masih belum menentukan pilihan sebanyak 20,10 persen,” kata Arif.
Menariknya, lanjut Arif, di tengah isu santer mengenai Gibran Rakabuming akan dipasangkan dengan Prabowo Subianto jika MK mengabulkan batas usia pencalonan ternyata tak memiliki daya ungkit elektoral yang signifikan dibanding tokoh potensial lain di jajaran bakal calon wakil presiden untuk Prabowo, seperti Erick Thohir, Ridwan Kamil dan Mahfud MD.
“Ini karena dalam simulasi kami, Mas Gibran jika kita simulasikan dengan Pak Prabowo hanya berada di urutan kelima, di bawah bakal calon wakil presiden lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, untuk bacawapres Ganjar Pranowo, nama Mahfud MD dan Sandiaga S. Uno tidak terpaut jauh, sehingga masih dapat dipertimbangkan plus minus modal sosial dan sumberdaya lainnya yang diharap mampu menambah suara secara signifikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang sempat menjadi rebutan di dua poros politik ternyata tak memiliki efek elektoral yang signifikan. “Dari simulasi kami Bu Khofifah berada di peringkat delapan dibawah tokoh lain, namun masih berpotensi saat kami tempatkan dalam simulasi 2 pasangan berhadapan dengan Ganjar Pranowo dan Sandiaga S. Uno,” tuturnya.
Oleh sebab itu, sambung Arif, ketepatan dalam memilih pasangan cawapres akan menjadi salah satu variabel dalam memperbesar probabilitas kemenangan.
“Jangan sampai hanya melihat ketokohan secara permukaan, melainkan harus dipotret secara detail sehingga tidak salah dalam memilih bacawapres,” katanya.
Sementara itu, Deputy Director Ipsos Public Affairs Sukma Widyanti menyatakan dukungan dua organisasi besar NU dan Muhammadiyah juga kita potret dalam survei ini. Hasilnya, menurutnya, jamaah NU dan Muhammadiyah tersebar di semua calon, sebab tidak ada yang memperoleh limpahan suara mayoritas.
“Pemilih yang merasa dekat dengan Muhammadiyah menyalurkan aspirasi mereka lebih banyak kepada Anies Baswedan sebanyak 38 persen, sedang Prabowo Subianto sebanyak 27,93 persen dan Ganjar Pranowo sebesar 20,72 persen,” ungkapnya.
Pemilih yang merasa dekat dengan Nahdhatul Ulama, lanjut Sukma, hampir sama kuat mendukung Prabowo Subianto sebanyak 33,33 persen, Ganjar Pranowo sebanyak 31,51 persen dan yang menyatakan mendukung pada Anies Baswedan sebesar18,32 persen.
“Dari sisi elektabilitas parpol, tiga partai di Senayan yakni PAN, Demokrat dan PPP harus menggerakkan sumber daya politiknya agar lolos parliamentary threshold, karena secara modal politik peluang lolos masih sangat besar, termasuk partai baru,” tuturnya.
Ipsos selain menjadi anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), juga merupakan anggota Association for Global Research Agency Worldwide (ESOMAR) yakni asosiasi riset internasional yang melakukan audit secara periodik terhadap para anggotanya.
Untuk diketahui, Ipsos merupakan lembaga riset internasional yang berpengalaman di dunia global. Lembaga yang berkantor pusat di Perancis ini beroperasi di 90 negara, selain dikenal melakukan riset pasar, juga melakukan riset social politik, termasuk di Indonesia.