REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad Wibowo, mengatakan jika Presiden Jokowi melakukan reshuffle kabinet, dan menjadikan Partai Demokrat sebagai bagian koalisi pemerintah, memasukkan Agus Harimurti Yudhoyoo (AHY) sebagai menteri adalah hal bagus.
“Saya belum mendengar, apakah Presiden Jokowi akan melakukan reshuffle segera. Jika Demokrat masuk koalisi pemerintah dan AHY menjadi menteri, hemat saya bagus,” kata Dradjad, Rabu (4/10/2023).
Menurut dia, hal itu bisa menjadi “sesuatu banget” secara politis. "Karena, dia menjadi cerminan dinamika hubungan antara Presiden Jokowi dan kedua pendahulu beliau, yaitu ibu presiden Megawati dan bapak presiden SBY," katanya.
Sebagai catatan, sejak lama Dradjad lebih senang mempertahankan atribusi presiden kepada para mantan Presiden kita. Menurut dia, hal itu wujud rasa hormat dan apresiasi kepada mereka semua.
Karena “sesuatu banget”, menurut Dradjad, prosesnya akan perlu waktu yang cukup. Ada beberapa pertimbangan. Di antaranya, Megawati selama ini sulit menerima SBY dan partainya masuk ke dalam koalisi.
"Berbicara empat mata setahu saya juga tidak pernah selama sekitar 20 tahun terakhir. Pertanyaannya, apakah Presiden Jokowi tidak akan berdiskusi dulu dengan Presiden Megawati tentang hal ini, meskipun reshuffle itu hak prerogatif beliau?” ujar ekonom senior INDEF ini.
Kedua, lanjut Dradjad, SBY adalah tokoh yang selalu hati-hati dan cermat dalam mempertimbangan segala sesuatu. Dradjad yakin SBY akan menghitung dengan cermat apa untung ruginya bagi Demokrat jika masuk kabinet sekarang, terlebih jika AHY atau Ibas yang menjadi menteri. Berdasarkan pengalaman Golkar, Gerindra, dan PAN, Presiden Jokowi cenderung ingin Ketum parpol yang menjadi menteri beliau, kecuali ada alasan yang juga “sesuatu banget”.
Ketiga, jika benar AHY yang masuk kabinet, menurut Drajad, Presiden Jokowi tentu akan sangat cermat memilih portofolio mana agar kinerja pemerintah maksimal. Di sisi lain, SBY tentu ingin portofolio di mana AHY bisa berkinerja bagus sehingga membantu elektabilitas Demokrat.
"Jadi kita tunggu saja proses 'sesuatu banget' ini karena dampak politisnya ke depan juga bakal sesuatu banget,” kata Dradjad.