Jumat 22 Sep 2023 21:59 WIB

Pengamat Kompak: Duet Ganjar-Prabowo tak Realistis, Tapi Bisa Menang Telak Jika Terwujud

Duet Ganjar-Prabowo bisa terwujud jika elektabilitas Anies-Cak Imin terus menguat.

Momen ketika Presiden Jokowi menunjuk dan mengacungkan jempol kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Pasar Grogolan, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (29/8/2023).
Foto:

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, lembaganya menyusun simulasi jika Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 dilaksanakan satu putaran yang diikuti dua pasangan calon presiden-calon wakil presiden. Hasilnya, Prabowo-Ganjar unggul telak dari pasangan Anies-Muhaimin.

"Hasilnya Prabowo dan Ganjar memperoleh dukungan 64,9 persen. Sementara Anies dan Muhaimin mendapat suara 16,6 persen," kata Denny dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (21/9/2023). 

Denny mengatakan, jika simulasi tersebut terwujud maka kemenangan Prabowo dan Ganjar dengan selisih di atas 40 persen, akan menjadi kemenangan terbesar dalam sejarah pemilu langsung di Indonesia.  Dia juga mengatakan SBY pernah menang besar di Pilpres 2004 dan 2009, tapi kemenangannya di bawah 61 persen. Sementara Prabowo yang berpasangan dengan Ganjar, kemenangannya bisa menembus angka 62 persen. 

"Bagaimana jika dibalik? Ganjar capresnya, Prabowo cawapresnya. Mereka juga tetap menang, tapi kemenangannya di angka 60 persen, sementara Anies dan Muhaimin memperoleh 20,6 persen," ujar Denny. 

Meski kemenangan tersebut masih terbilang besar tapi selisih kemenangannya di bawah 40 persen, sementara jika Prabowo yang menjadi capres, selisih kemenangannya melampaui 40 persen. "Namun, mungkinkah Ganjar bersedia mengalah menjadi cawapres saja? Jika kalkulasi-nya semata-mata rasional, itu mungkin. Kemenangan Prabowo sebagai capres jauh lebih telak ketimbang kemenangan Ganjar sebagai capres," menurut Denny. 

Namun, kata Denny, pemilu presiden adalah peristiwa politik, tentu kalkulasi-nya adalah kalkulasi politik, yang pastinya berbeda juga cara menghitung-nya. "PDIP misalnya, pasti merasa sebagai partai yang terbesar. Partai ini tak ikhlas jika calonnya, kadernya, petugas partainya, hanya menjadi cawapres saja. Apalagi Jika PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua," ujarnya.

Menurutnya sebelum pendaftaran capres-cawapres ditutup pada 19-25 November 2023, segala hal masih mungkin saja terjadi. "Ada pameo terkenal di dunia politik: kecuali mengubah lelaki menjadi perempuan dan mengubah perempuan menjadi laki-laki, politik praktis bisa mengubah apa pun. Itu juga termasuk bisa mengubah siapa pun yang akhirnya menjadi capres dan cawapres," tutup Denny.

 

 
photo
Para bakal capres mulai mengumbar janji politiknya. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement