REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG – Para pengguna Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) Provinsi Lampung ruas Bakauheni – Terbanggi Besar diharapkan berhati-hati dan waspada. Kondisi jalan bebas hambatan tersebut saat ini rawan tindak kejahatan.
Tindak kejahatan yang terjadi di ruas JTTS tersebut selain pelemparan batu ke mobil saat melintas, juga terjadi penodongan dengan senjata tajam saat sopir mobil berhenti di bahu jalan tol, karena rusak, pecah ban, atau masalah mekanik lainnya.
Kejahatan di ruas jalan tol tersebut dialami Dedi Ricky Hasuguan (34 tahun), warga Cilegon, Banten. Ia terpaksa melepaskan uang Rp 1,3 juta beserta telepon genggamnya kepada penodong, saat ia berhenti di bahu jalan tol karena masalah kampas rem mobil truk trailler-nya pada Sabtu (16/9/2023) siang.
Dedi menghentikan laju truknya berpelat nomor H 1453 DF dikarenakan ada kerusakan kampas rem, dan khawatir terjadi kecelakaan di jalan tol. Mobil truknya dihentikan di KM-12 B. Saat berhenti, ia masih menunggu kedatangan suku cadang dari Cilegon.
“Ia didatangi dua orang membawa senjata tajam berupa parang dan meminta uang dan HP,” kata Fahri, salah seorang petugas lepas JTTS di Kotabaru, Lampung, Rabu (20/9/2023).
Fahri yang mendapatkan laporan dari rekan sekerjanya di pintu tol, korban didatangi dua orang tak dikenal dari seberang jalan tol. Dua orang tersebut menyeberang setelah mendapatkan uang Rp 1,5 juta dan handphone.
Kejadian sebelumnya, aksi pelemparan batu dari orang tak dikenal (OTK) di ruas jalan tol Lampung masih terjadi. Pelaku melempari batu tatkala mobil pengguna jalan tol melintas di wilayah yang gelap dan penuh semak belukar.
Salah seorang sopir bus travel di Rajabasa membenarkan OTK melempari batu ke mobilnya setelah ruas JTTS Terbanggi Besar menuju Pematang Panggang dan Mesuji. “Ruas jalan tol tersebut gelap dan banyak semak belukar,kesempatan mereka melempar batu,” kata Juanda, sopir travel Damri.
Dia mengatakan, telah meminta penumpang yang duduk di pinggir sebelah kiri untuk menjauh dari kaca jendela dan menutup hordeng saat melintas di daerah rawan kejahatan tersebut.
Menurut dia, setelah ada bunyi lemparan batu ke mobil, ia sengaja tidak langsung berhenti di daerah tersebut, tetapi tetap melanjutkan perjalanan menuju Palembang dari Bandar Lampung.
“Kalau kita berhenti melihat kaca pecah atau bekas lemparan, mereka akan datang pura-pura membantu, tapi ingin menodong atau merampok,” kata Juanda.
Ia mengatakan, kalau sopir travel atau sopir bus yang biasa melintas di jalan tol di Lampung – Palembang sudah hafal dengan ulah OTK yang melempar batu. Ia berharap pengguna jalan tol lainnya yang membawa mobil pribadi untuk hati-hati dan waspada kalau ada yang melempar batu agar tidak menghentikan mobil di lokasi tersebut, khawatir ditodong OTK.