Rabu 20 Sep 2023 12:33 WIB

Gus Miftah Ingin Prabowo Beri Penghargaan Layak ke Guru Ngaji Jika Terpilih Presiden

Gus Miftah cerita guru ngaji dibayar Rp 30 ribu dan pelatih anjing Rp 1,5 juta.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Teguh Firmansyah
Bakal Calon Presiden (Bacapres) Prabowo Subianto menghadiri kegiatan Sarapan Bareng 1000 Guru Ngaji Se-DIY di Hotel Prima SR, Sleman, Rabu (20/9/2023).
Foto: Republika/ Febrianto Adi Saputro
Bakal Calon Presiden (Bacapres) Prabowo Subianto menghadiri kegiatan Sarapan Bareng 1000 Guru Ngaji Se-DIY di Hotel Prima SR, Sleman, Rabu (20/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, Gus Miftah, menyoroti soal kondisi guru ngaji di Indonesia. Menurut dia, negara belum memberikan penghargaan yang layak kepada guru ngaji.

"Yang jadi persoalan adalah guru ngaji belum mendapat penghargaan yang layak dari pemerintah," kata Gus Miftah dalam acara Sarapan Bareng 1000 Guru Ngaji se-DIY di Hotel Prima SR, Sleman, Rabu (20/9/2023).  

Baca Juga

Gus Miftah menceritakan bahwa ia pernah menjadi guru ngaji pada 2000-an. Ketika itu, ia mengaku hanya dibayar satu bulan Rp 30 ribu. Ia mengatakan, pada saat bersamaan, keluarga tersebut memiliki anjing yang dilatih oleh pelatih yang dibayar satu bulannya Rp 1,5 juta.

"Guru ngaji dibayar satu bulan Rp 30 ribu, gurune asu (gurunya anjing) dibayar satu bulan 1,5 juta. Di situ kadang saya merasa sedih," ujarnya.

Gus Miftah menilai mestinya guru ngaji mendapat penghargaan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Untuk itu, ia berharap guru ngaji lebih dihargai.

"Hari ini saya menuntut Pak Prabowo untuk menjadi pak presiden supaya menghargai guru ngaji. Saya menuntut Pak Prabowo untuk menjadi presiden supaya guru ngaji lebih layak mendapat perlakuan dari negara," katanya.

Sementara, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyebut akar persoalan tersebut, yakni masalah ekonomi. Sebab menurutnya ekonomi erat berhubungan dengan kehidupan. 

"Ekonomi berurusan dengan bagaimana kita mengelola, menjaga dan membagi kekayaan yang dimiliki oleh sebuah bangsa. Kalau kita salah mengelola pasti kehidupan rakyat melarat, pasti banyak kemiskinan karena tidak ada sumber, tidak ada kekayaan yang bisa dibagi," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement