REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, Gus Miftah, menyoroti soal kondisi guru ngaji di Indonesia. Menurut dia, negara belum memberikan penghargaan yang layak kepada guru ngaji.
"Yang jadi persoalan adalah guru ngaji belum mendapat penghargaan yang layak dari pemerintah," kata Gus Miftah dalam acara Sarapan Bareng 1000 Guru Ngaji se-DIY di Hotel Prima SR, Sleman, Rabu (20/9/2023).
Gus Miftah menceritakan bahwa ia pernah menjadi guru ngaji pada 2000-an. Ketika itu, ia mengaku hanya dibayar satu bulan Rp 30 ribu. Ia mengatakan, pada saat bersamaan, keluarga tersebut memiliki anjing yang dilatih oleh pelatih yang dibayar satu bulannya Rp 1,5 juta.
"Guru ngaji dibayar satu bulan Rp 30 ribu, gurune asu (gurunya anjing) dibayar satu bulan 1,5 juta. Di situ kadang saya merasa sedih," ujarnya.
Gus Miftah menilai mestinya guru ngaji mendapat penghargaan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Untuk itu, ia berharap guru ngaji lebih dihargai.
"Hari ini saya menuntut Pak Prabowo untuk menjadi pak presiden supaya menghargai guru ngaji. Saya menuntut Pak Prabowo untuk menjadi presiden supaya guru ngaji lebih layak mendapat perlakuan dari negara," katanya.
Sementara, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyebut akar persoalan tersebut, yakni masalah ekonomi. Sebab menurutnya ekonomi erat berhubungan dengan kehidupan.
"Ekonomi berurusan dengan bagaimana kita mengelola, menjaga dan membagi kekayaan yang dimiliki oleh sebuah bangsa. Kalau kita salah mengelola pasti kehidupan rakyat melarat, pasti banyak kemiskinan karena tidak ada sumber, tidak ada kekayaan yang bisa dibagi," ujarnya.