Sabtu 16 Sep 2023 02:47 WIB

Mengenaskan, Begini Nasib Bukit Teletubbies Bromo Kini

Luas wilayah yang terbakar diperkirakan sebanyak 500 hektare.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kondisi terkini area bekas kebakaran di kawasan Gunung Bromo, Rabu (13/9/2023).
Foto:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya memulihkan ekosistem tumbuh dan satwa yang rusak akibat insiden kebakaran hutan dan lahan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Provinsi Jawa Timur.  

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko mengatakan kegiatan pemulihan ekosistem dapat dilakukan melalui mekanisme alam, rehabilitasi, atau restorasi.    

"Bentuk pemulihan ditentukan dengan hasil kajian terhadap beberapa komponen, di antaranya kondisi awal hutan, status keanekaragaman hayati, struktur vegetasi, kondisi klimatologi, ketersediaan pohon induk, wilayah jelajah satwa liar serta potensi gangguan terhadap hutan," ujarnya.

Satyawan mengungkapkan areal yang terbakar di kawasan TNBTS didominasi oleh ekosistem savana dengan berbagai jenis rerumputan dan terdapat pohon yang tersebar tidak merata.

KLHK melakukan pemulihan melalui mekanisme alam dengan meningkatkan kegiatan patroli pengamanan kawasan serta pemantauan titik api.

Adapun untuk wilayah-wilayah tertentu dengan dominasi pohon dilakukan rehabilitasi berupa penanaman pohon dengan jenis asli TNBTS, yaitu cemara, kesek, dan putihan. "Rancangan kegiatan pemulihan ekosistem segera dimulai, sehingga pelaksanaan kegiatan pemulihan ekosistem di lapangan bisa segera dilakukan," kata Satyawan.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan suatu ekosistem tergantung pada bentuk ekosistem awal.

Semakin tinggi indeks keanekaragaman hayati, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan ekosistem karena ekosistem dengan indeks keanekaragaman hayati yang tinggi memiliki jumlah jenis hayati yang tinggi dengan sistem interaksi antar jenis dan antara jenis dengan lingkungan non hayatinya yang lebih kompleks.

Apabila membandingkan ekosistem savana dengan ekosistem hutan dengan tegakan yang rapat, jelas Satyawan, maka kemungkinan ekosistem savana membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat dalam pemulihan dibandingkan dengan ekosistem hutan.

"Kegiatan pemulihan ekosistem dengan cara mekanisme alam dan rehabilitasi dapat mempercepat pemulihan ekosistem di areal yang terbakar di wilayah TNBTS," papar Satyawan.

Baca lanjutannya pada halaman berikutnya...

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement