Ahad 10 Sep 2023 13:02 WIB

Nominasi ADWI 2023, Kemenparekraf Kunjungi Desa Wisata Kenderan Gianyar

Salah satu desa wisata yang mengikuti ADWI 2023 adalah Desa Wisata Kenderan.

Di Bali, salah satu desa wisata yang mengikuti ADWI 2023 adalah Desa Wisata Kenderan di Kabupaten Gianyar.
Foto: Dok. Republika
Di Bali, salah satu desa wisata yang mengikuti ADWI 2023 adalah Desa Wisata Kenderan di Kabupaten Gianyar.

REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baperekraf) terus menggalakan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 sebagai salah satu program unggulan penggerak kebangkitan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata Indonesia.Di tahun ketiga penyelenggaraannya, ADWI mengangkat tema “Kebangkitan Ekonomi Dari Desa untuk Indonesia Bangkit”.

Program ini diharapkan mampu mewujudkan visi “Indonesia sebagai Negara Tujuan Pariwisata Berkelas Dunia, Berdaya Saing Global, Berkelanjutan dan Mampu Mendorong Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Rakyat”.

Di Bali, salah satu desa wisata yang mengikuti ADWI 2023 adalah Desa Wisata Kenderan di Kabupaten Gianyar. Ke-indra-an, begitulah masyarakat sering menyebut Desa Kenderan yang berarti “Istana Dewa Indra” dalam dunia pewayangan. Sesuai mitologi masyarakat setempat merupakan pelarian Raja Maya Denawa berubah wujud menjadi Dedari Kendran.

Saking kuatnya kepercayaan masyarakat, bahkan mulai dari letak geografis desa, kesuburan hingga keindahan desa diimajinasikan sama dengan Kraton Dewa Indra di Indraloka.Desa Kanderan mempunyai beberapa peninggalan sejarah dan arkeologi, seperti 2 sarcophagus di Pura Batulusu di Subak Uma Lawas Kaja, Manuaba, Kanderan.

Bentang alam persawahan yang subur dengann kontur yang variatif menyajikan pemandangan alam yang menyejukkan mata dan jiwa bagi setiap orang yang berkunjung ke Desa Kanderan.

Desa ini dapat ditempuh menggunakan pesawat dari Jakarta selama 1 jam 50 menit turun di Denpasar lalu melanjutkan perjalananan ke Desa Kenderan via darat selama 1 jam 30 menit.

Untuk daya tarik wisata, Desa Kenderan memiliki daya tarik Alam dan Budaya Berbasis Lingkungan, serta daya tarik buatan. Terkait daya tarik alam dan budaya, Desa Kenderan memiliki kontur alam yang didominasi persawahan di sepanjang jalan.

“Secara potensi, alam ada, buatan ada, kemudian budayanya ada. Itu sudah 100 persen pariwisata,” kata Indra Ni Tua, Direktur Tata Kelola Destinasi saat berkunung ke Desa Wisata Kenderan dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Ahad (9/9/2023). 

Selain itu, Desa Kenderan memiliki  beberapa lokasi potensial yang bisa dikembangkan, yaitu:

1. Bali Authentic Walking

Trekking dipandu guide lokal menelusuri persawahan sambil melihat keseharian petani dan mengenali sistem subaknya. Eksplorasi Tanaman Obat yang  tumbuh liar di sepanjang jalur trekking sambil belajar tentang Sistem Subak dan budaya menanam padi. Mengunjungi situs arkeolologis Sarcophagus yang disucikan oleh warga subak. Perjalanan dilanjutkan menuju Manuaba Waterfall menelusuri sungai dan hutan bambu. Aktivitas berakhir di Puri Manuaba untk mengenal Arsitektur Puri.

2. Birthday Blessing (Mebayuh Oton)

Otonan adalah upacara agama versi Hindu untuk memperingati hari kelahiran seseorang yang jatuh setiap 210 hari atau 6 bulan sekali, berdasarkan perhitungan Kalender Bali. Upacara Mebayuh Oton (Birthday Blessing) ini menjadi sangat penting ketika yang bersangkutan mengalami kejadian-kejadian istimewa didalam perjalanan hidupnya; semisal sakit yang tak berujung, kecelakaan atau kesialan lainnya. Maka pada waktu “otonan” akan dilakukan “Upacara Mebayuh” untuk menyelaraskan tubuhnya. Upacara akan dilakukan di Merajan (Tempat Suci Keluarga) dan dipimpin oleh seorang Pemangku atau Pedanda sesuai tingkatan upacara dan kebutuhan. Biasanya seluruh anggota keluarga ikut hadir menyaksikan. Puri Manuaba Retreat menginisiasi pelaksanaan Upacara Mebayuh Oton di Puri Agung Manuaba dengan tingkatan upacara Madya (sedang).

3. Melukat – Water Healing di Beji Telaga Waja

Aktifias ini melibatkan Pemangku (pendeta Hindu yang bertugas di pura nya masing masing) dengan sesajen banten Pejati. Dalam perkembangannya di Bali saat ini, juga banyak warga non Bali melakukan ritual ini sepanjang mereka meyakininya. Kami memiliki 11 beji tempat melukat. Salah satunya yang terbesar adalah Beji di Pura Telaga Waja Br Kepitu, Kenderan

4. Prosesi Mepeed Ngaturang Tirta Ening

Acara berlangsung 4 hari, Hari pertama mepeed Mekiis ke Beji dengan sesaji dan Sesuhunan Barong yang ada di Pura Griya Sakti Manuaba oleh warga dengan berjalan kaki diiringi baleganjur gambelan Bali, Melintasi persawahan yang mana cocok utk photo dan mengenal langsung tradisi di Bali. Hari selanjutnya Mepeed Ngaturang Tirta Ening oleh anak anak SD 1 Kenderan dan Warga Br Gunaksa Manuaba Kenderan.

5. Painting Class

Lukisan Bali merupakan warisan leluhur yang sangat kaya dengan keaneka ragaman style sesuai tempat dan jamannya. Yang tertua adalah gaya Klasik Kamasan Klungkung, dan semenjak kedatangan pelukis Eropa di Puri Ubud terlahirlah gaya Tradisional Modern Bali style atau dikenal dengan Tradisinal Ubud style. Disini dipandu Pelukis lokal dari sketsa, degrdasi hitam putih sampai mewarnai.

Sementara untuk daya tarik buatan di Desa Kenderan, di antaranya:

1. Belajar Ukiran Kayu Khas Manuaba Kenderan

Ukiran khas Manuaba sudah sangat terkenal di dalam dan luar Bali. Hasil karya diminati sampai keluar daerah untuk pembuatan Rumah Style Bali. sepanjang jalan Raya Manuaba dijumpai banyak pengrajin Ukir kayu. Jika berjalan menelusuri Manuaba Waterfall bisa dilihat di area Parkir bangunan Bale Kulkul di Pura Griya Sakti Manuaba salah satu hasil karya seniman lokal setempat. Jika berminat bisa belajar ukir langsung pada senimannya.

2. Homestay & Toilet

Homestay di Desa Kenderan sudah mengikuti standart International, dikarenakan pendatang bukan hanya dari wisatawan lokal tetapi juga mancanegara, seperti dari Australi, Inggris, Iran, Swiss, dan Jepang. Di homestay kita beristirahat dengan tenang di malam hari karena hawa di sini sangat sejuk dan dingin, sambil mendengarkan suara jangkrik juga kehadiran kunang-kunang. Kebersihan selalu dijaga oleh masing-masing-masing pemilik homestay.

3. Souvenir

Kebanyakan Suvenir khas Desa Kendaran adalah Suvenir Kuliner seperti Klepon, Be Genyol Manuaba, Madu Kele Manuaba (madu Klenceng), dan yang paling favorit adalah Jamu alami Loloh Kunyit khas Kenderan. Ada juga berbagai macam kerajinan seperti peralatan makan yang terbuat dari batok kelapa dan juga kayu jati yang sudah diekspor ke luar negeri.

4. Digital dan Kreatif

Desa Wisata Kenderan memiliki website resmi maupun social media official. Kegiatan pemesanan paket wisata sudah melalui website resmi yang terintegrasi dengan dengan traffic kunjungan dan administrasi publik.

5. Kelembagaan Desa Wisata & CHSE

Konsep wisata budaya dan adat yang dikembangkan Desa Kenderan terfokus pada kunjungan wisatawan yang ingin menikmati keindahan persawahan yang alami, dan liburan spiritual di Bali. Pokdarwis dan kelembagaan desa pun telah lama terbentuk dan turut aktif dalam menggerakan warga desa untuk bisa berdaya saing dan produktif di desanya.

Selain beberapa daya tarik diatas, kebersihan tetap menjadi prioritas di desa ini. Terdapat perlengkapan untuk prosedur CHSE pada  beberapa titik di hampir setiap spot destinasi di desa wisata Kenderan, termasuk perihal langkah  mitigasi bencana dan safety tiap wisatawan.

“Di Bali ada banyak (desa wisata) dan tidak ada yang sama, keunikannya berbeda-beda. Bali sudah menyatakan daerahnya untuk wisata, sampai sekarang masih tetap terjaga dengan baik dan memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat dan kontribusi ke sektor pariwisata dalam hal ilmu pengetahuan. Kontribusi-kontribusi itulah yang harus kita hargai, mungkin tidak terasa sekarang tapi menyiapkan sesuatu itu perlu manusia, dan manusia disini kuat,” jelas Indra Ni Tua.

Peserta Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023 meningkat tajam hingga menyentuh angka 4.573 desa wisata yang ada di seluruh Indonesia dari target yang mas Menteri canangkan 4.000 desa wisata. Antusiasme ribuan desa wisata tersebut diharapkan mempermudah pengembangan desa wisata di Indonesia kedepannya.

Adapun kategori penilaian ADWI tahun 2023 meliputi Daya Tarik Pengunjung (Alam dan Buatan serta Seni dan Budaya), Homestay & Toilet, Suvenir (Kuliner, Fesyen dan Kriya), Digital dan Kreatif, serta CHSE dan Kelembagaan Desa.

Kategori penilaian yang diusung diharapkan mampu mendorong berkembangnya desa wisata menjadi wisata berkelanjutan serta berstandar internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement