Kamis 07 Sep 2023 23:42 WIB

Kemendikbudristek: Budaya Jadi Bagian Penting untuk Solusi Masalah Global

Festival Budayaw IV menunjukkan keberagaman seni budaya empat negara.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan, budaya merupakan bagian penting untuk dapat memberikan solusi terhadap masalah global. Masalah-masalah yang dimaksud, yakni isu lingkungan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan.
Foto: dok istimewa
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan, budaya merupakan bagian penting untuk dapat memberikan solusi terhadap masalah global. Masalah-masalah yang dimaksud, yakni isu lingkungan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan, budaya merupakan bagian penting untuk dapat memberikan solusi terhadap masalah global. Masalah-masalah yang dimaksud, yakni isu lingkungan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan.

"Budaya menjadi bagian penting untuk dapat memberikan solusi terhadap masalah global, isu lingkungan, ketahanan pangan, dan kesejahteraan," ungkap Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, lewat siaran pers, Rabu (6/9/2023).

Kemendikbudristek bersama dengan pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan telah selesai menggelar Festival Budayaw IV di Benteng Rotterdam, Makassar, pada 1-5 September 2023. Pada penutupan, Festival Budayaw IV menggelar sebuah pementasan 'Budayaw Raya' dan seminar internasional Jalur Rempah yang merupakan kolaborasi empat negara East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

"Kita telah menyaksikan kesenian, lokakarya pewarnaan alami, dan lokakarya kuliner dari semua delegasi, serta seminar Jalur Rempah. Keragaman budaya yang dikemas dalam festival ini tentu untuk hidup yang berkelanjutan,” kata Irini.

Melalui lokakarya pewarnaan alami dan kuliner, kata Irini, BIMP-EAGA telah merevitalisasi kembali wastra tradisional dan menghidupkan kembali lingkungan dengan keragaman hayati.

"Banyaknya sumber karbohidrat yang dapat dibudidayakan menjadi pilihan kita, tidak semata-mata hanya mengandalkan beras atau nasi sebagai bahan makan utama, laut kita juga memberikan sumber protein yang luar biasa,” tutur Irini.

Dia menjelaskan, lewat pertunjukkan kesenian, Festival Budayaw IV menunjukkan keberagaman seni budaya yang mengajarkan kepada masyarakat di empat negara pentingnya menghormati keberagaman. “Keberagaman sebagai negara serumpun yang memiliki persamaan seni dan budaya,” ujar dia.

Ketua Delegasi Filipina, Myra Paz Abubakar, yang merupakan Wakil Sekretaris Departemen Pariwisata Filipina, mengutarakan keseruannya mengikuti Festival Budayaw IV di Makassar. Menurut dia, selama mengikuti Festival Budayaw, penggunaan bahasa menjadi suatu tantangan bagi delegasinya karena bahasa nasionalnya berbeda.

“Namun, karena sesama anggota delegasi BIMP-EAGA, kita masih bisa saling mengenal satu sama lain dan menikmati serta berbagi tentang kebudayaan masing-masing,” ujar Myra.

Sementara itu, Ketua Delegasi Malaysia, Alesia Sion, menuturkan, Festival Budayaw yang digelar di Makassar sangat meriah dan cocok sekali dilaksanakan di tempat yang bersejarah, seperti Benteng Rotterdam. Dari Malaysia, seni dan budaya yang ditampilkan dihadirkan dari dua negeri di Borneo, yaitu Serawak dan Sabah.

Di samping itu, Malaysia juga menghadirkan lokakarya kuliner Pinarasakan Sada, salah satu makanan tradisi etnik yang berasal dari pedalaman Sabah, dari suku kaum Kadazan Dusun yang memiliki 35 etnik dan 217 sub-etnik.

“Jadi masakan ini sangat populer di kalangan semua etnik itu. Acara ini harus lanjutkan dan dilestarikan agar keempat negara bisa bersama-sama merasakan pengalaman budaya, kuliner, dan kesenian sehingga generasi yang akan datang bisa bersama-sama melanjutkan untuk melestarikan warisan budaya,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement