REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nopian Andusti menyampaikan masyarakat perlu berkolaborasi memastikan penurunan stunting 5,6 persen per tahun agar Indonesia mencapai target prevalensi stunting 14 persen tahun 2024.
"Penurunan stunting secara konsisten terjadi pada kurun waktu 2019 sampai 2022. Tetapi ini masih menyisakan kesenjangan antara pencapaian dan indikasi target," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (1/9/2023).
Selama kurun waktu 2015-2019, dia melanjutkan, prevalensi stunting di Indonesia mengalami fluktuasi dan relatif lambat hanya sekitar 0,8 persen per tahun.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, menunjukkan angka prevalensi stunting Indonesia mengalami penurunan dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 21,6 persen tahun 2022.
Terkait pencegahan stunting, Nopian menekankan pentingnya periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk tumbuh kembang bayi ke depan. "Pada periode itu terjadi pembentukan organ bayi termasuk otak, pertumbuhan panjang badan, serta perkembangan anak yang sangat cepat," katanya.
Selain itu, pembentukan sinapsis (sinyal berpindah dari satu sel saraf otak ke sel saraf yang lain) terjadi 1.000 kali setiap detik yang membuat otak anak di usia itu dua kali lebih aktif dibandingkan otak dewasa.
Untuk itu pihaknya mengembangkan program pengasuhan 1.000 HPK melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dan BKB Holistic Integrative (BKB HI).
"BKB HI adalah layanan penyuluhan bagi orang tua tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak yang dilakukan secara sistematis, menyeluruh, terintegrasi, dan berkesinambungan, dengan program pengembangan anak usia dini lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar anak," ujar Nopian.
Ada enam layanan BKB HI Unggulan, di antaranya administrasi kependudukan dan kepemilikan jaminan kesehatan, pengasuhan bersama, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, pembentukan karakter anak, promotif preventif pemeliharaan kesehatan, gizi, dan perlindungan anak, dan rujukan maupun konseling, perawatan, atau bantuan sosial.
Nopian yang hadir secara daring dalam acara "Pendampingan dan Orientasi bagi Pengelola Program BKB HI Unggulan" juga mengapresiasi inovasi yang dilakukan di Desa Rembele, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh terkait penurunan stunting.
Adapun dua inovasi yang telah dilakukan yaitu Anak Lahir Bidan Beri Akta (Alibata), kartu kesehatan juga Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Rumah gizi Gampong (RGG), yakni pendampingan gizi pada anak selama 90 hari.