Rabu 30 Aug 2023 20:04 WIB

Pj Wali Kota Yogya Beberkan Strategi Tangani Kemiskinan, Stunting, dan Sampah

Tiga hal tersebut harus dapat ditangani dengan baik.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Balai Kota Yogyakarta.
Foto: Yusuf Assidiq.
Balai Kota Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Permasalahan kemiskinan, stunting, dan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah di Kota Yogyakarta. Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, meminta agar tiga program strategis di Kota Yogyakarta ini menjadi perhatian untuk dapat ditangani dengan baik.

"Tiga hal itu saya titip pesan betul. Ada kemiskinan, stunting, dan sampah. Semoga kita akan terus bisa berkontribusi terhadap penanganan-penanganan tiga program strategis ini," kata Singgih belum lama ini.

Singgih menuturkan, penanganannya harus dilakukan dari bawah dalam hal ini kelurahan dan kecamatan. Meski, untuk penanganan kemiskinan dan stunting merupakan program nasional yang harus didukung pemerintah provinsi, kota, kecamatan, hingga kelurahan.

Terkait kemiskinan, Singgih menyebut kemiskinan di Kota Yogyakarta merupakan nomor lima se-DIY. Sedangkan, penanganan stunting Kota Yogyakarta terbaik di wilayah DIY.

"Kedua program ini harus tetap ditangani dengan baik agar bisa turun. Program ini, saya ingin berpesan kepada pak mantri (camat) dan lurah untuk betul-betul ditangani dengan baik,” kata Singgih.

Dalam penanganan kemiskinan dan stunting, ia menekankan hal pertama yang perlu dilakukan yakni pendataan. Pasalnya, dengan data bisa menjadi dasar untuk menjalankan program-program dan melihat keberhasilan dalam menjalankan suatu program.

Selain itu, penanganan kemiskinan dan stunting juga dapat dimulai dari keluarga. Seperti dari masa remaja yang diedukasi untuk mengonsumsi makanan dan menjalankan hidup sehat, pendampingan kepada ibu hamil, serta edukasi terkait asupan makanan bergizi dalam rangka mencegah stunting.

Terkait dengan sampah yang masih menjadi persoalan besar di Kota Yogyakarta menyusul ditutupnya TPA Regional Piyungan, Singgih menekankan agar program-program pengolahan sampah yang ada dijalankan dengan lebih masif.

Seperti Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo) dan Gerakan Zero Sampah Anorganik. Gerakan ini dinilai dapat mengurangi volume sampah yang dibawa ke TPA Piyungan.

Meski TPA Piyungan ditutup hingga September, namun khusus untuk zona transisi 1 masih dibuka secara terbatas dengan menampung sampah maksimal 100 ton per hari dari Kota Yogyakarta.

Sayangnya, masih ditemukan warga yang membuang sampah sembarangan. Seperti di pinggir-pinggir jalan, melihat masih ditemukannya adanya tumpukan sampah di pinggir jalan.

Ia pun meminta masing-masing pemerintah kelurahan maupun kecamatan untuk bisa bertanggung jawab terhadap sampah-sampah di wilayahnya.

“Kita lakukan dorongan para wilayah untuk bisa bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan di wilayahnya masing-masing. Sekaligus mengedukasi ke warga supaya mengolah sampahnya dari rumah,” jelas Singgih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement