Kamis 31 Aug 2023 02:01 WIB

Ada Hal yang Buat Kriminolog Pertanyakan Kondisi Mental Tersangka Pembunuh Dosen UIN Solo 

Tersangka tetap melakukan tindak pembunuhan meskipun ada jeda hari.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Andri Saubani
Polisi ungkap tersangka pembunuhan dosen UIN RMS Solo, Jumat (25/8/2023).
Foto: Muhammad Noor Alfian
Polisi ungkap tersangka pembunuhan dosen UIN RMS Solo, Jumat (25/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO–Kriminolog UNS Rehnalemken Ginting memberi komentar kasus pembunuhan dosen UIN Raden Mas Sahid (RMS) Solo. Ia mempertanyakan kondisi tersangka hingga tetap melakukan tindak pembunuhan meskipun ada jeda hari. 

Seperti diketahui D (23) mengakui membunuh Wahyu Dian Silviani lantaran merasa sakit hati atas ucapan kasar korban pada Senin (21/8/2023) namun baru bisa melakukan aksinya pada Rabu (23/8/2023) malam. Namun, sejumlah pihak menampik  korban berkata kasar karena dinilai mempunyai sosok yang baik. 

"Kenapa setelah ada kata kata kasar kok dia ada hari jeda masih marah, masih dendam. Apakah ada kata-kata korban yang menyakitkan dia sehingga rasa rakit itu tidak bisa hilang sebelum melaksanakan niat untuk membunuh," kata Ginting ketika dihubungi republika, Rabu (30/8/2023).

Menurutnya hal tersebut juga dipengaruhi oleh bagaimana kondisi psikologis tersangka ketika mendengar ucapan korban sehingga tersinggung. "Orang bisa saja suatu saat dia dalam kondisi baik, suatu saat yang lain dia mungkin kondisinya sedang kurang baik terus ada perkataan yang dirasakan, didengar menyinggung terus bisa keluar dari sifat baiknya menjadi yang kita tidak duga," katanya. 

"Kalau kondusif biasanya bersikap baik, nah kita kan tidak tahu (antara korban dan tersangka) berkomunikasi apa, apa yang terjadi kita tidak tahu. Dari aspek kriminologisnya, harus dilihat orang ini. Secara mental sehat enggak. Kalau sehat waktu kerja, dia gampang bergaul atau tidak, atau gampang sakit hati tidak," ungkapnya menambahkan.

Pihaknya juga tak menepis jika memang tersangka tersinggung oleh ucapan korban meskipun motif tersebut ditepis sejumlah pihak termasuk keluarga korban. Namun, itu akan menjadi tugas penyidik dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

"Dia (tersangka) mengakuinya tersinggung (ucapan korban) bisa aja seperti itu, tapi kan mau dibantah siapapun ya nanti penyidik yang mencoba menguraikan itu dalam BAP," katanya. 

"Jadi sebenarnya orang bisa melakukan pembunuhan itu setelahnya mungkin menyesal atau tidak merasa seperti (dirinya sendiri), itu karena ada sesuatu yang keluar dari dirinya yang tidak bisa dikontrol atau lepas kontrol. Makanya kita nggak ngerti pada waktu dirinya (tersangka) lepas kontrol itu karena apa. Mungkin si korban menghina, bahasanya kasar," jelasnya menambahkan.

Menurutnya motif seseorang melakukan tindak kriminal ada banyak. Namun, faktor ekonomi dan psikologis bisa menjadi penyebab dominan.

"Motif orang melakukan kejahatan banyak faktor yang mempengaruhinya, tekanan psikologis dan ekonomi dapat menjadi dominan," katanya.

Sementara itu, Pakar Psikologi UIN Raden Mas Said Solo, Gadis Deslinda mengatakan ucapan kasar dapat berdampak apabila dilakukan berkali-kali dalam waktu lama. Ia juga menduga ada faktor lain yang menjadi penyebab tersangka membunuh korban seperti kehidupannya di lingkungan keluarga dan sosialnya.

Menurutnya indikasi tersebut didasarkan atas pengamatannya soal tersangka yang tak melarikan diri usai membunuh korban.

"Saya juga mengamati saat dia (tersangka) ditanyai polisi itu kan dia merasa tidak bersalah. Ini hanya dugaan sementara, bisa saja saya keliru, pelaku ada indikasi psikopat. Tapi harus ada tes-tesnya," ungkapnya.

Dihubungi terpisah, Kasat Reskrim Polres Sukoharjo AKP Teguh Prasetyo mengatakan tersangka tidak ada indikasi memiliki kelainan jiwa. Tersangka juga menyesal setelah melakukan tindakan kriminal tersebut. 

"Sampai saat ini tidak ada indikasi kelainan jiwa. Menyesal keterangannya (tersangka)," katanya. 

"Kalau motif mendasari keterangan tersangka karena dendam. (Motif lain) Kalau dari pembuktian penyidikan, menghilangkan nyawa dan mengambil barang milik orang lain," ungkapnya mengakhiri. 

 
(Co2 )

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement