Selasa 29 Aug 2023 10:33 WIB

Bagaimana Sih Narasi Islamisme pada Pilpres 2024?

Perlu pemahaman utuh tentang Islam, islami, dan islamisme.

Aksi umat Islam 212 yang damai.
Foto:

Aspirasi politik kelompok Islamis berbeda dari kelompok Islami. Islami adalah gagasan menerapkan nilai-nilai universal Islam pada sistem pengetahuan, kebijakan publik dan perilaku politik bernegara.

Gerakan ini dimulai pada tahun 1970-an, diawali dengan gerakan intelektual Islamisasi pengetahuan. Dilanjutkan dengan Islamisasi sistem pendidikan dan Islamisasi sistem ekonomi. Pengembangan perbankan syariah masih bagian dari gerakan Islamisasi itu. 

Gerakan Islamisasi bisa terjadi di mana saja. Bahkan di negara-negara sekuler versi Eropa dan Amerika. Pusat-pusat studi gerakan Islamisasi awalnya justru tumbuh di Amerika dan Inggris. Selain di Malaysia, Nigeria, dan Pakistan. 

Para pelopor gerakan Islamisasi kebanyakan kaum intelektual didikan universitas-universitas Barat. Seperti Ismail Al-Faruqi, Syed Naquib Al-Attas, Syed Ali Ashraf, dan banyak lagi yang lainnya. Berbeda halnya dengan pelopor gerakan Islamisme, kebanyakan dari kaum santri dan lembaga pendidikan tradisional masyarakat Muslim. Seperti Abul A’la Al-Maududi (Pakistan), Ruhullah Khomeini (Iran), dan Hasan Al-Banna (Mesir). 

Keduanya, narasi Islamisme dan Islamisasi, pernah merebut wacana publik Indonesia sejak penyiapan kemerdekaan hingga saat ini. Di era Orde Baru, narasi itu berhasil dipinggirkan. Universitas-universitas Islam, seperti IAIN dan UIN, lebih dominan dikuasai narasi mainstream pengetahuan dunia, seperti positivisme dan fenomenologi dibandingkan gagasan islamisasi.

Dalam percakapan politik, narasi Islamisme telah diredam secara efektif dengan pembubaran HTI dan FPI. Sehingga dalam ruang-ruang yang terbuka, kontestasi narasi antara nasionalisme dan Islamisme yang mewarnai babak-babak sejarah politik Indonesia dapat dikatakan telah berakhir untuk sementara waktu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement