Senin 28 Aug 2023 12:15 WIB

Happy Ending (Bukan Sinetron) Bayi yang Tertukar

Kepolisian harus tetap mengusut tuntas dugaan kelalaian bayi yang tertukar ini.

Polres Bogor mengungkapkan dua bayi yang dilahirkan di RS Sentosa Bogor pada Juli 2022 memang tertukar dari hasil tes DNA yang dilakukan pada Senin (21/8/2023).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Polres Bogor mengungkapkan dua bayi yang dilahirkan di RS Sentosa Bogor pada Juli 2022 memang tertukar dari hasil tes DNA yang dilakukan pada Senin (21/8/2023).

Oleh : Agus Rahardjo, Redaktur Polhukam Republika

REPUBLIKA.CO.ID -- Isak tangis mewarnai pelukan dua sosok ibu di Mako Polres Bogor pada Jumat (25/8/2023). Keduanya saling berpelukan seusai kasus tertukarnya bayi keduanya menemui titik terang. Hasil tes DNA kedua bayi dan ibunya menyatakan bahwa memang bayi yang dilahirkan di RS Sentosa Bogor tertukar sejak setahun lalu.

Ini bukan cerita sinetron, yang karena rating masih tinggi, jalan cerita sengaja diperpanjang hingga penonton jenuh. Bayi yang tertukar sehari setelah dilahirkan ini juga bukan tayangan drama televisi, yang dramatisasinya dibuat-buat sehingga keluar dari akal nalar penonton. Bayi yang tertukar milik Siti Mauliah (37 tahun) dan suaminya Muhammad Tabrani (52) dengan bayi yang dilahirkan seorang Ibu berinisial D adalah kisah nyata.

Isak tangis kedua ibu bukan tangis kesedihan. Air mata mereka adalah kebahagiaan. Ibu mana yang tak bahagia mengetahui anak kandung yang selama ini tertukar bisa kembali dalam pelukan?

Kisah ini berawal setahun lalu, tepatnya pada 18 Juli 2022, saat Siti melahirkan di RS Sentosa, Kabupaten Bogor. Ia sempat memberi ASI pada bayi yang dilahirkannya pada hari pertama. Namun, keanehan mulai terjadi di hari kedua. Ia mengaku ada perbedaan dengan bayi yang akan disusuinya itu. Hingga dibawa pulang ke rumah, Siti masih merasa bayi yang digendongnya pulang bukan bayi yang pertama ia susui.

Kecurigaan itu terbukti saat ia menjalani tes DNA bersama bayi yang dibawanya pulang. Hasilnya, bayi yang selama ini diasuhnya selama setahun bukan darah dagingnya. Siti kemudian berupaya mencari keberadaan bayi kandungnya. Antara lain dengan mendatangi RS Sentosa dan keluarga yang diduga mengasuh bayi kandungnya saat tertukar setahun lalu.

Perjuangan Siti dan suami yang panjang akhirnya membuahkan hasil. Akhir cerita yang manis untuk mendapatkan kembali darah dagingnya yang selama ini tertukar di rumah sakit. Pada akhir pekan kemarin, kedua sosok ibu dari dua bayi yang tertukar akhirnya bersepakat untuk berdamai. Keduanya juga siap untuk mengembalikan bayi masing-masing.

Apakah masalah selesai segampang itu? Tentu tidak. Bayi yang telah tertukar sudah diasuh oleh bukan orang tua kandungnya itu masih akan merasa ‘asing’ dengan bayi kandungnya sendiri. Terutama bagi sosok ibu berinisial D yang sedari awal tak menyadari bahwa bayi yang diasuhnya setahun ini bukan anak kandungnya.

Perlu proses adaptasi dan pengenalan lagi bagi kedua bayi dan keluarganya masing-masing. Namun, cerita bahagia ini bisa menjadi lebih bahagia kalau kedua keluarga bisa menjalin silaturahim dengan baik. Kedua ibu, telah memiliki ikatan dengan bayi yang bukan darah dagingnya sendiri. Pola asuh yang akan diterapkan kedua ibu bisa jadi berbeda, namun, kedua bayi masih bisa dianggap sebagai anak dari kedua sosok ibu.

Semoga kisah bayi yang tertukar ini bisa memberi hikmah dengan bertambahnya silaturahim bagi kedua pihak keluarga. Cinta seorang ibu, sangat mungkin bisa dibagi pada lebih dari satu anak. Kedua ibu bisa saja tetap menganggap kedua bayi itu adalah anak mereka. Keduanya masih bisa bersilaturahim dan tetap melanjutkan kehidupan kedua keluarga masing-masing.

Bagaimana dengan RS Sentosa? Saat ini kedua keluarga masih menunggu iktikad baik dari pihak rumah sakit. Ada dugaan kelalaian dalam penanganan pasien yang berakibat fatal. Harus ada pihak yang dimintai tanggung jawab. Ini bukan persoalan sepele. Memisahkan ibu dengan bayi kandungnya adalah persoalan kemanusiaan.

Kepolisian harus mengusut tuntas dugaan kelalaian ini sebagai bagian dari upaya perbaikan RS Sentosa. Selain itu, sebagai bentuk tanggung jawab, pihak rumah sakit seharusnya juga legawa mengakui kesalahan dan meminta maaf. Semoga dengan permintaan maaf ini, pihak keluarga yang dirugikan tidak menuntut kasus kemanusiaan ini pada ranah pidana.

Yang pasti, kisah bayi tertukar ini jauh berbeda dengan cerita sinetron di televisi. Di cerita Ibu Siti, ada konfik di awal yang dilanjutkan perjuangan-perjuangan untuk mencari pembuktian. Lalu, di akhirnya, ada garis finish yang berhasil diselesaikan dari konflik tertukarnya kedua bayi. Kedua bayi akhirnya kembali kepada orangtua kandung mereka masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement