Ahad 27 Aug 2023 22:11 WIB

Petani Sawit di Kalbar Harapkan Harga TBS Naik

Sawit merupakan usaha langsung petani sehingga perubahan harganya sangat berdampak.

Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Petani sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEKPIR) Kalbar berharap harga tandan buah segar (TBS) sawit mengalami kenaikan sehingga berdampak pada kesejahteraan petani.

"Saat ini, harga TBS sawit di Kalbar tertinggi di angka Rp 2.000-an per kilogram. Dulu pernah tertinggi tembus Rp 4.000 per kilogram. Kami berharap ada kebijakan dan lainnya agar ada kenaikan harga yang signifikan," ujar Ketua ASPEKPIR Kalbar Marjitan di Pontianak, Kalbar, Ahad (27/8/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan komoditas sawit telah menjadi identitas dan sumber pendapatan ekonomi di Kalbar selain tambang. Komoditas sawit sudah diusahakan oleh petani langsung, sehingga ketika harga sawit turun dan belum stabil seperti saat ini, maka berdampak langsung dengan ekonomi masyarakat.

"Kami berharap pemerintah dan semua pihak yang berhubungan langsung pada sawit memperhatikan soal ini," kata dia.

Sebelumnya, Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Provinsi Kalbar mengeluarkan data terbaru harga TBS sawit, yakni periode III Agustus 2023 untuk harga tertinggi pada umur 10-20 tahun yaitu Rp2.257 per kilogram dan CPO Rp 10.431 per kilogram.

Kepala Disbunnak Kalbar Heronimus Hero mengatakan bahwa harga TBS sawit di Kalbar masih relatif sama dengan periode sebelumnya. Beberapa periode sebelumnya mengalami tren kenaikan meskipun belum signifikan. Menurut dia, hampir seluruh harga komoditas perkebunan saat ini mengalami fluktuatif termasuk sawit.

Ia menjelaskan harga TBS sawit yang berlaku di pasaran dipengaruhi harga sawit mentah (CPO) dunia. Dengan kondisi tersebut, pihaknya menyarankan petani tetap menjaga mutu atau kualitas sawit.

Menurut dia, harga CPO dunia tersebut dipengaruhi mutu yang ditetapkan pembeli seperti Eropa atau lainnya yang butuh standar seperti ISPO atau RSPO.

"Rekam jejak budi daya sawit di Kalbar khususnya di kebun mandiri dijaga kualitasnya agar CPO naik. Kalau di Eropa atau pasar dunia menerima sawit kita tinggi, maka harga sawit di petani tinggi. Jadi, tolong jaga kualitas dan ramah lingkungan karena isunya ramah lingkungan," kata dia.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement