Jumat 25 Aug 2023 21:11 WIB

BNPB Bangun Ketangguhan Masyarakat Hadapi Bencana

Lebih dari 53 ribu desa/kelurahan berada di daerah rawan bencana di Indonesia.

Rep: Muhyiddin/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi bencana. BNPB memberikan pelatihan membangun ketangguhan masyarakat hadapi bencana.
Foto: Dok BNPB
Ilustrasi bencana. BNPB memberikan pelatihan membangun ketangguhan masyarakat hadapi bencana.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Dalam rangka membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaksanakan Training of Trainer (ToT) bagi fasilitator tingkat kabupaten wilayah I. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi di Tangerang pada Selasa (22/8/2023). 

Dalam acara yang berlangsung selama tujuh hari ini, Prasinta Dewi mengatakan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan fasilitator tingkat kabupaten/kota dalam melakukan pendampingan masyarakat menghadapi bencana sampai tingkat desa/kelurahan. 

Baca Juga

Menurut dia, lebih dari 53 ribu desa/kelurahan berada di daerah rawan bencana di Indonesia dan lebih dari 51 juta keluarga di Indonesia tinggal di daerah rawan bencana. “Karena itu masyarakat di desa atau kelurahan adalah pelaku utama upaya penanggulangan bencana. Sekaligus menjadi kelompok pertama yang menerima dampak bencana. Serta kelompok yang merespon pertama kali jika terjadi bencana. Karena itu perlu difasilitasi guna membangun ketangguhan masyarakat desa dalam menghadapi risiko bencana,” ujar Prasinta dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (25/8/2023). 

Dia menuturkan, kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah proses rekrutmen fasilitator. Para fasilitator merupakan warga atau masyarakat yang bertempat tinggal di kabupaten/kota yang menjadi lokasi kegiatan. Para fasilitator akan menjadi aset yang bernilai bagi Pemerintah Daerah (Pemda) untuk bekerja bersama memperkuat ketangguhan daerah dalam menghadapi bencana sampai ke tingkat desa/kelurahan. 

Saat ini, menurut dia, pemerintah Indonesia lewat program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) melaksanakan kerja sama dengan Bank Dunia. Tujuannya mendukung pembiayaan dan bantuan teknis dalam pelaksanaan proyek investasi strategis peningkatan tata kelola risiko bencana di Indonesia, serta mendukung kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami.

“Harus dipahami bahwa kesiapsiagaan terhadap bencana ini, tidak hanya diperkuat di tingkat pusat tetapi juga pemerintah daerah. Proyek IDRIP ini ada di 17 provinsi, 30 kabupaten maupun kota dan 180 desa atau kelurahan. Proyek ini akan memperkuat kapasitas sehingga resiliensi berkelanjutan di tengah masyarakat dapat terwujud,” kata Prasinta. 

Dementara itu, Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo mengatakan, untuk membangun kesiapsiagaan harus dimulai dari peningkatan kapasitas masyarakat. Dia berharap, setelah dilakukan berbagai pelatihan para fasilitator daerah dapat mengimplementasikan materi yang dipelajari selama ToT di wilayah masing-masing.

“Masyarakat adalah garda terdepan dalam penanggulangan bencana. Kegiatan selama 7 hari ke depan bagi para fasilitator kabupaten ini adalah bagian dari upaya BNPB membangun kesiapsiagaan masyarakat. Setelah kegiatan ini, nantinya ada pelatihan untuk masyarakat sebagai fasilitator di 180 desa atau kelurahan terpilih. Kita berharap masyarakat akan semakin tangguh dalam menghadapi bencana,” jelas dia. 

BNPB menetapkan konsep Desa Tangguh Bencana (Destana) untuk menunjukkan bahwa masyarakat turut berperan aktif dalam proses pengurangan risiko bencana. Masyarakat tidak hanya sebagai objek melainkan subjek dalam penanggulangan bencana. 

Menurut Pangarso, peran masyarakat yang dibentuk melalui Destana sangat penting dan strategis, khususnya dalam menyebarkan informasi maupun edukasi bencana sehingga dapat memperkuat kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana. 

Sebagai informasi, kegiatan ToT Fasilitator Kabupaten wilayah I akan berlangsung selama tujuh hari mulai 22-28 Agustus 2023. Diikuti oleh 60 orang fasilitator tingkat Kabupaten/kota dari dari Banten, Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Barat. Sebelumnya kegiatan ToT untuk wilayah II dan III sudah selesai dilaksanakan pada 7-14 Agustus 2023 di Bali dan Manado.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement