Rabu 23 Aug 2023 14:41 WIB

BMKG: 77 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Kemarau

Wilayah Indonesia di bagian Selatan perlu waspadai potensi kekeringan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nora Azizah
BMKG menunjukkan saat ini tengah terjadi puncak musim kemarau di beberapa wilayah Indonesia.
Foto: Antara/Anis Efizudin
BMKG menunjukkan saat ini tengah terjadi puncak musim kemarau di beberapa wilayah Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analisis iklim yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan saat ini tengah terjadi puncak musim kemarau di beberapa wilayah di Indonesia, yang mana, sebanyak 77 persen wilayah di Indonesia sudah masuk musim kemarau. Untuk wilayah Indonesia yang berada di Selatan ekuator perlu mewaspadai potensi kekeringan yang dapat terjadi.

“Berdasarkan analisis iklim saat ini menunjukkan puncak musim kemarau di beberapa wilayah di Indonesia. Sebanyak 77 persen wilayah Indonesia masuk musim kemarau,” ujar Plt Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, kepada Republika.co.id, Rabu (23/8/2023). 

Baca Juga

Dia menerangkan, wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi sebagian wilayah Aceh, sebagian wilayah Sumatera Utara, sebagian besar Riau, sebagian wilayah Sumatera Barat, sebagian Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung. Lalu di Jawa hingga NTT, sebagian Kalimantan Barat bagian selatan, sebagian wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian wilayah Kalimantan Timur. 

Kemudian, musim kemarau juga meliputi sebagian wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah bagian utara, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, sebagian Maluku Utara, sebagian wilayah Maluku, sebagian wilayah Papua Barat dan sebagian Papua bagian Selatan.

Andri menjelaskan, hari tanpa hujan (HTH) terpanjang tercatat selama 115 hari di wilayah Sumba Timur dan Rote Ndao di NTT. Sementara HTH lebih dari 60 hari terpantau di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta terpantau HTH antara 18 hingga 40 hari. 

“Potensi kekeringan yang harus diwaspadai dampaknya secara umum adalah wilayah Indonesia yang berada di selatan ekuator seperti Sumatera bagian selatan, kalimantan bagian selatan, Jawa-Bali-Nusa Tenggara, dan Papua bagian selatan,” kata Andri.

Dia menuturkan, kekeringan yang terjadi di sejumlah wilayah tersebut sesuai dengan prediksi BMKG, yakni awal Agustus 2023 El Nino berada pada kategori Moderat hingga bulan Oktober, kemudian mulai menurun ke intensitas lemah hingga Desember 2023. Sebab itu, dampak signifikan El Nino perlu diantisipasi hingga bulan Oktober terhadap potensi kekeringan yang masih berlanjut di sejumlah  wilayah Indonesia.

Namun demikian, kata dia, di sisi lain juga perlu diwaspadai adanya potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah untuk sepekan ke depan. Beberapa wilayah itu terdiri dari sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku.

“Kemudian Papua Barat, Papua. Di wilayah-wilayah tersebut perlu diantisipasi banjir dan longsor yang diakibatkan peningkatan intensitas curah hujan,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement