Rabu 16 Aug 2023 17:56 WIB

Meski Masih Layak di Hirup, Kualitas Udara Kota Bandung Rawan Masuk Level Terburuk

Berdasarkan indeks kesehatan udara, Kota Bandung berada di tingkat sedang.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga beraktivitas di kawasan Taman Lansia, Jalan Cisangkuy, Kota Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan indeks kesehatan udara, Kota Bandung berada di tingkat sedang
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Warga beraktivitas di kawasan Taman Lansia, Jalan Cisangkuy, Kota Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan indeks kesehatan udara, Kota Bandung berada di tingkat sedang

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pencemaran udara tengah menjadi isu yang ramai menyita perhatian publik setelah laporan buruknya indeks kualitas udara di ibu kota. Kasie Pemantauan Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup DLH Kota Bandung Irene Irmamuti mengatakan, berdasarkan indeks kesehatan udara, Kota Bandung berada di tingkat sedang.  

"Untuk di Kota Bandung sendiri, memang idealnya dalam kondisi baik atau sehat, tapi saat ini kita berada di posisi sedang," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/8/2023). 

Lebih lanjut dia menjelaskan, dalam indeks kesehatan udara, terdapat empat level, antara lain level baik atau sehat, level sedang, level buruk atau tidak sehat, dan level berbahaya. Level sedang, kata dia, adalah kondisi dimana kualitas udara tidak terlalu baik namun masih dalam taraf aman untuk dihirup oleh manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Level ini, sambung dia, merupakan yang terburuk dari riwayat kualitas udara Kota Bandung. "Level sedang juga sebenarnya tidak bagus, karena itu berpotensi ke level tidak sehat, walaupun belum masuk dalam tahap berbahaya," kata wanita yang akrab disapa Ine ini.  

"Tapi karena sebelumnya kita (Kota Bandung) itu selalu dalam level baik, jadi level sedang ini termasuk buruk," imbuhnya. 

Pencemaran udara, kata dia, memang sangat mungkin terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta maupun Bandung. Menurutnya, besarnya populasi penduduk sangat memengaruhi indeks kesehatan udara suatu wilayah. Terlebih, saat ini Indonesia maupun negara-negara lain tengah dilanda musim panas ekstrem yang membuat asap polusi semakin sulit direduksi. 

"Populasi kota bandung itu sekitar 2,7 juta jiwa ya sehingga pertumbuhan pembangunannya sangat tinggi dan berbanding lurus dengan jumlah kendaraan yang semakin padat," kata dia. 

Ine menjelaskan, dari kondisi ini, dapat disimpulkan bahwa penyebab utama pencemaran udara di Kota Bandung berasal dari asap kendaraan, khususnya sepeda motor yang saat ini jumlahnya dua kali lipat dibanding kendaraan roda empat atau lebih. Selain itu, asap dari kegiatan domestik seperti kegiatan rumah tangga, pabrik, hotel, rumah sakit, dan bangunan lain yang menghasilkan asap dan polusi juga berkontribusi cukup besar dalam pencemaran udara, terang Ine. 

"Jadi sumber utama pencemaran di Kota Bandung berasal dari asap kendaraan, khususnya sepeda motor yang memang jauh lebih banyak dibanding mobil, disusul oleh asap dari kegiatan domestik. Itu berkontribusi cukup besar mencemari udara," tegasnya. 

Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, Pemerintah Kota Bandung tengah menggencarkan upaya penghijauan melalui penanaman ribuan pohon dan penambahan ruang terbuka hijau. Ema juga mengintruksikan seluruh aparat kewilayahan untuk kembali menggalakan gerakan penanaman pohon.

"Kita sudah menggelorakan kepada Kewilayahan supaya gerakan penanaman pohon kembali digalakkan," kata Ema di Balai Kota Bandung, Rabu (16/8/2023).

Ema berharap kegiatan tersebut dapat menjadi pemicu penghijauan di ruas jalan yang lain. Ema juga mengajak seluruh masyarakat bersama untuk mengurangi aktivitas yang menghadirkan polusi udara.

"Sedikit demi sedikit dengan anggaran yang terbatas, kita lakukan penghijauan kota untuk kualitas udara dan pembangunan kota Bandung yang lebih baik," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement