Jumat 04 Aug 2023 16:56 WIB

Denny Indrayana: PSI Setop Atasnamakan Anak Muda

Pakar hukum Denny Indrayana minta PSI setop mengatasnamakan anak muda.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
Denny Indrayana. Pakar hukum Denny Indrayana minta PSI setop mengatasnamakan anak muda.
Foto: Republika.co.id
Denny Indrayana. Pakar hukum Denny Indrayana minta PSI setop mengatasnamakan anak muda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hukum tata negara, Prof Denny Indrayana, menanggapi politisi PSI yang menyebutnya takut karena tidak kembali ke Tanah Air. Baik untuk menghadapi kasus payment gateway maupun perkara putusan MK.

Ia mengatakan, dirinya bukan tidak kembali tapi bolak-balik Indonesia-Australia. Akhir tahun lalu sampai Februari, bahkan saat Lebaran berada di Indonesia mengingat kantor hukum Integrity ada di Jakarta-Melbourne.

Baca Juga

Kalaupun 2016-2019 cukup lama di Melbourne karena diberi kehormatan menjadi profesor tamu di Melbourne Law School. Ia merasa, Universitas Melbourne sangat paham kriminalisasi kasus payment gateway di Indonesia.

"Jadi, kalau PSI dan buzzer sulit paham, lagi-lagi saya ingin sampaikan logika sederhana saja," kata Denny, Jumat (4/8/2023).

Ia menilai, orang yang takut biasanya tidak menentang arus, melawan dan mengkritisi kekuasaan. Lebih memilih diam, mencari aman dan tidak ambil risiko, sehingga mengekor saja semua agenda politik pemegang kekuasaan.

Denny menegaskan, dirinya sama seperti PSI yang memilih Jokowi di 2014. Tapi, berubah saat Jokowi lumpuhkan KPK, membangun dinasti, membiarkan anaknya menerima suntikan modal pebisnis yang ingin dekat Istana dan lainnya.

"Maka, saya memilih bersikap tegas melawan kekuasaan Jokowi yang cenderung koruptif dan represif," ujar Denny.

Maka itu, ia sulit percaya Grace Natalie dan PSI mengaku memperjuangkan hak orang muda melalui uji materi usia capres-cawapres di MK. Sebab, di sisi lain PSI pernah menyatakan mendukung Jokowi menjabat tiga periode.

Dari segi umur, mendukung Jokowi yang sudah jelas-jelas tidak lagi muda bukanlah aspirasi anak muda. Belum lagi, dukungan PSI kepada Kaesang di Depok, Bobby Nasution di Sumut, ataupun Gibran Rakabuming di Solo.

"Bisa ditebak di Pilpres 2024 jika MK mengubah syarat umur, nyata-nyata bertentangan statemen politik Sekjen PSI soal menolak dinasti di 2015," kata Denny.

Denny mempertanyakan PSI yang menuduhnya penakut ketika terus melawan dengan terus bersuara lantang mengkritisi kekuasaan Jokowi. Atau, PSI yang menyatakan tegak lurus atau manut apapun sikap politik Jokowi.

Ia menambahkan, kemanutan politik pada kekuasaan ciri-ciri nyata dari berpolitik dengan penuh ketakutan. Karenanya, Denny merasa, PSI bukan partai dan semata relawan Jokowi, Gibran, Kaesang dan Bobby Nasution.

"Jangan katakan anda memperjuangkan hak orang muda karena sebenarnya PSI sedang jadi relawan Jokowi dan takut melakukan perlawanan pada kekuasaan yang sedang membangun oligarki dan dinastinya yang cenderung koruptif," ujar Denny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement